JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin menyampaikan pemerintah tidak pernah memperkirakan Pusat Data Nasional (PDN) Sementara akan diretas dengan modus ransomware.
Hal itu disampaikan Ma'ruf soal peretasan PDN mengakibatkan data sejumlah kementerian/lembaga dan instansi tidak bisa dipulihkan karena dienkripsi oleh peretas.
“Ternyata ketika dipusatkan, begitu diretas semua jadi kena. Tidak terpikirkan dahulu ada peretasan begitu dahsyatnya. Jadi ini memang tidak terpikirkan dulu,” kata Ma'ruf Amin di sela-sela pembukaan Halaqah Pondok Pesantren (Ponpes) se-Jawa Timur (Jatim) di Pondok Pesantren Salaf Al Quran (PPSQ) Asy-Syadzili 1, Malang, Jawa Timur, seperti dikutip dari Youtube Wakil Presiden RI, Minggu (30/6/2024).
Menurut Ma'ruf, gagasan awal pembuatan PDN adalah buat menyatukan pengelolaan data kementerian/lembaga dan instansi pemerintah.
Baca juga: Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital
Dia pun membenarkan sempat muncul berbagai pendapat dari kalangan pakar keamanan siber kalau PDN rentan mengalami peretasan.
“Memang dulu pusat data itu dianggap bahwa di beberapa komunitas-komunitas lembaga kita itu mudah diretas. Sehingga disatukan jadi Pusat Data Nasional,” ujar Ma'ruf.
Untuk diketahui, Pusat Data Nasional (PDN) mengalami serangan siber sejak Kamis (20/6/2024) dan belum pulih sepenuhnya.
Tim dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), BSSN, Polri dan juga Telkom selaku pihak pengelola PDN, sudah berupaya mengembalikan data-data tersebut, tetapi tak berhasil.
Baca juga: Pejabat Pemerintah Dinilai Tak Gentle Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas
Pemerintah akhirnya mengaku gagal memulihkan data-data yang tersimpan di PDN.
“Kita berupaya keras melakukan recovery resource yang kita miliki. Yang jelas data yang sudah kena ransomware sudah tidak bisa kita recovery. Jadi sekarang menggunakan sumber daya yang masih kita miliki,” ujar Direktur Network dan IT Solution Telkom Herlan Wijanarko, Rabu (26/6/2024).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.