JAKARTA, KOMPAS.com - Afrinaldi dan Anggun Andriani, orangtua Afif Maulana, siswa SMP di Padang yang diduga tewas dianiaya polisi, masih meyakini bahwa anaknya meninggal dunia karena disiksa, bukan meninggal dunia karena melompat ke sungai seperti klaim yang disampaikan Polda Sumatera Barat.
Bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Afrinaldi dan Anggun bertolak ke Jakarta untuk mencari keadilan.
Saat ditemui di bilangan Gatot Subroto, Jakarta, Anggun menceritakan bahwa dirinya langsung dimarahi anggota kepolisian saat dirinya mendatangi Polsek Kuranji. Kepadanya, polisi menuding Afif membawa senjata tajam dan ikut tawuran.
Mereka menyampaikan Afif meninggal karena tawuran, lalu melompat ke sungai.
"Pertama datang saja, polisinya sudah marah-marah. Dibilangnya, anak Ibu tawuran, melompat. Dan saya yakin dengan anak saya, dia tidak pernah tawuran," kata Anggun dalam konferensi pers di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu.
Baca juga: Kompolnas Sebut Ahli Forensik Sudah Jelaskan Lebam-Memar di Jenazah Afif Maulana ke Keluarga
"Enggak pernah anak saya pegang senjata tajam. Di bawah umur lagi 13 tahun, badannya aja kecil," sambungnya.
Tak sampai di sana. Afrinaldi menceritakan bahwa polisi meminta untuk menyudahi kasus ini. Mereka juga diminta untuk tidak menuntut kepolisian.
Dirinya mengungkapkan bahwa petugas Polsek Kuranji meminta kakek Afif untuk menandatangani surat yang berisi perjanjian agar kasus ini tidak dilanjutkan.
"Iya, waktu itu kakek (diminta tanda tangan), jatuhnya itu suami Tante, Itu dia yang duluan ke Polsek. Jadi dia komunikasi sama petugas Polsek itu. Katanya disuruh menandatangani surat biar enggak menuntut," kata Afrinaldi.
Namun, pihak keluarga menolak menandatangani surat tersebut karena sudah mencium kecurigaan akan tidak wajarnya kematian Afif.
Baca juga: KPAI Desak Kapolri Ungkap Kasus Kematian Afif Maulana Secara Transparan
Keluarga curiga karena polisi menyebut Afif meninggal akibat tawuran, lalu melompat ke sungai.
Padahal, jenazah Afif tidak remuk yang menandakan Afif jatuh ke sungai. Sebaliknya, tubuh Afif justru dipenuhi luka lebam.
Hal ini yang membuat keluarga Afif merasa tidak percaya dengan polisi untuk mengungkapkan kasus yang sebenarnya terjadi.
Afrinaldi mengaku tidak tahu apakah akan percaya dengan polisi meskipun pejabat tertinggi Polri, yaitu Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah turun tangan.
Diketahui, Kapolri menerjunkan tim dari Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) hingga Inspektorat Umum (Itwasum) untuk mendalami kasus kematian Afif.