Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, peta kekuatan ini membuat koalisi pendukung Ganjar Pranowo tidak aman.
Pasalnya, rencana pencapresan Ganjar hanya didukung oleh dua partai politik Parlemen. Sedangkan Prabowo didukung oleh empat partai, dan Anies tiga partai.
“Kekuatan koalisi pengusung Ganjar sekarang di posisi paling buncit, hanya 25 persen, di bawah Koalisi Perubahan 28,5 persen, atau jauh dibawah koalisi pengusung Prabowo yang mencapai 46 persen,” kata Umam kepada Kompas.com, Senin (14/8/2023).
Menurut Umam, situasi ini cukup riskan buat Ganjar. Tambahan dukungan dari PPP saja dinilai belum cukup untuk mengantarkan politikus PDI-P itu ke kursi kemenangan.
Pasalnya, pada Pemilu 2019 lalu PPP mendapat suara paling kecil. Bahkan, oleh sejumlah lembaga survei, partai berlambang Kabah tersebut diprediksi tak lolos ambang batas Parlemen pada Pemilu 2024.
“Mencermati dinamika per hari ini, bandul kemungkinan menjuarai pilpres kini lebih berat ke Prabowo,” ujar Umam.
Namun demikian, Umam mengatakan, koalisi menuju Pilpres 2024 belum final. Kerja sama antarpartai politik masih mungkin berubah sebelum resmi didaftarkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Oktober mendatang.
Dia juga bilang, besar kecilnya koalisi belum tentu menjamin kemenangan capres.
“Besar koalisi tidak menentukan kemenangan capres-cawapres. Tergantung capres-cawapres mana yang mampu memenangkan hati, pikiran dan suara rakyat melalui narasi dan kampanye politiknya ke depan,” tutur Dosen Universitas Paramadina itu.
Baca juga: Pilih Prabowo ketimbang Ganjar, Golkar: Ini Koalisi Tengah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.