Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soekarno dan Hatta, Dwitunggal yang Terpisahkan oleh Politik tetapi Tetap Bersahabat

Kompas.com - 18/06/2021, 13:41 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Berbicara tentang Presiden Soekarno tak bisa lepas dari hubungannya dengan sang Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Keduanya dijuluki dwitunggal karena merupakan simbol kepemimpinan Indonesia di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Kendati demikian hubungan keduanya tak selalu mesra. Tak jarang keduanya terlibat perdebatan lantaran memiliki sudut pandang yang berbeda dalam hal pemerintahan.

Baca juga: Tjokroaminoto dan Dapur Nasionalisme Soekarno

Bahkan sejak awal pertemuannya, Bung Karno dan Bung Hatta sudah memiliki perbedaan pandangan dalam cara memerdekakan Indonesia.

Di dalam autobiografinya yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno pun mengakui ketidaksepahaman yang kerap muncul antara dia dan Bung Hatta.

“Pada tahun 1920an, antara kami telah terdapat keretakan Ketika aku menjadi eksponen utama dengan pendirian bahwa nonkoperasi, sedang dia (Hatta), sebagai eksponen utama dengan pendirian bahwa kerja sama dengan pemerintah (Belanda) tidak menjadi halangan untuk mencapai tujuan,” tutur Bung Karno dalam autobiografinya itu.

Pertemuan pertama Bung Karno dengan Bung Hatta pun tak menyisakan kesan yang menyenangkan di antara keduanya.

Mereka pertama kali bertemu di Bandung saat Soekarno baru bebas dari penjara Sukamiskin. Adapun Hatta kala itu baru tiba di Tanah Air setelah menyelesaikan kuliahnya di Belanda.

Baca juga: Soekarno dan Lahirnya Putra Sang Fajar

Waktu itu Soekarno dan Hatta sama-sama terkenal dengan PNI-nya. Soekarno merupakan pimpinan utama Partai Nasional Indonesia sedangkan Hatta adalah pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia.

Kedua partai itu memiliki cara yang berbeda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno dengan Partai Nasional Indonesia berupaya memperjuangkan kemerdekaan dengan mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya.

Sedangkan Hatta dengan Partai Pendidkan Nasional Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dengan mendidik para kadernya agar memiliki kesadaran kewarganegaraan yang kuat sehingga mampu memperjuangkan hak-hak sipilnya tanpa pengaruh tokoh manapun.

Maka saat pertemuan pertama keduanya berlangsung, perdebatan antara metode Partai Nasional Indonesia besutan Bung Karno dengan Pendidikan Nasional Indonesia bentukan Bung Hatta pun tak terelakkan.

Hatta mengkritik PNI Soekarno yang bertumpu pada ketokohan perorangan. Akibatnya Ketika Soekarno dipenjara pergerakan PNI pun ikut terhenti.

Baca juga: Kisah di Balik Patung Soekarno Menunggang Kuda yang Diresmikan Prabowo di Kemhan

Sedangkan Soekarno mengkritik PNI Hatta yang menurutnya utopis untuk mencapai cita-cita kemerdekaan karena tak banyak bersentuhan dengan massa rakyat.

“Mendidik rakyat supaya cerdas akan memerlukan waktu bertahun-tahun Bung Hatta. Jalan yang Bung tempuh baru akan tercapai kalua hari sudah kiamat,” kata Soekarno mengomentari metode pergerakan PNI Hatta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com