Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Halalbihalal Merawat Negeri

Kompas.com - 25/04/2024, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SALAH satu tradisi baik yang selalu hadir saat Idul Fitri, yaitu Halalbihalal. Yang dilakukan dengan bersilaturahmi dalam lingkungan keluarga, masyarakat, swasta bahkan di lingkungan pemerintah.

Momentum Halalbihalal yang inisiasi awalnya dari Bung Karno tahun 1948 adalah untuk merawat soliditas kebangsaan.

Halalbihalal tahun 1445 H, memiliki signifikansi yang penting di tahun politik saat ini. Utamanya di saat pascahasil kontestasi politik Pilpres dan Pileg 2024 di Mahkamah Konstitusi.

Tahun politik yang panas dipenuhi drama, saling serang di medsos maupun di dunia nyata mengancam keutuhan bangsa. Melalui berbagai aksi provokasi, ujaran kebencian, gesekan dan saling nyinyir dalam kompetisi meraih kekuasaan.

Kata Halalbihalal terdengar seperti berasal dari bahasa Arab. Halalbihalal sebenarnya berasal dari kata serapan 'halal' dengan sisipan 'bi' yang berarti 'dengan' (bahasa Arab) di antara 'halal'.

Dan sudah menjadi kosa kata yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan tradisi asli bangsa kita yang berkembang sejak awal kemerdekaan.

Istilah yang mengandung tiga makna, yaitu halal al-habi (mengurai benang kusut terurai kembali); halla al-maa (mengendapkan air keruh menjadi jernih); serta halla as-syai (menghalalkan sesuatu yang semula haram)

Tahun politik 2024 saat ini memiliki relevansi kontektual dengan kondisi tahun 1948 ketika Bung Karno mencetuskan tradisi halalbihalal.

Saat Indonesia dalam kondisi tidak baik-baik saja, ada gejala menguatnya disintegrasi bangsa serta elite politik saling jegal, bahkan enggan duduk berdampingan.

Ditambah dengan pemberontakan di mana-mana, mulai dari gerakan Darul Islam (DI) dan Partai Komunis Indonesia di Madiun.

Kondisi yang semakin tak kondusif membuat Presiden Soekarno meminta saran KH Abdul Wahab Chasbullah atau akrab disapa Mbah Wahab salah satu tokoh pendiri NU.

Seperti dikisahkan KH Masdar Farid Mas’udi, Mbah Wahab didatangkan ke Istana untuk diminta saran dan pendapat untuk mengatasi situasi politik di Indonesia saat itu.

Solusi yang ditawarkan oleh Mbah Wahab kepada Presiden Soekarno, yakni dengan menyelenggarakan silaturahim mengingat momen yang tepat mendekati Idul Fitri.

Namun gagasan menuai kritik dari Presiden Soekarno: “Silaturahim kan biasa, saya ingin istilah yang lain."

”Itu gampang,” kata Mbah Wahab.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com