Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Loyalitas Ganda Pegawai KPK Hambat Kerja Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 03/07/2024, 09:33 WIB
Syakirun Ni'am,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan loyalitas ganda pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap pimpinan Lembaga Antirasuah perlu segera diselesaikan, jika ingin kerja-kerja pemberantasan korupsi maksimal.

 

KPK dinilai perlu merekrut penyidik dan penyelidiknya sendiri, sehingga mereka memiliki loyalitas yang tinggi kepada pimpinan mereka, bukan pimpinan instansi asal mereka.

Saat ini, kebanyakan penyidik dan penyelidik yang bekerja di KPK merupakan Pegawai Negeri yang Dipekerjakan (PNYD), yang berasal dari instansi kepolisian, kejaksaan, maupun kementerian/lembaga lain.

Peneliti ICW Diky Anandya mengatakan, Pasal 43 Undang-Undang 19 Tahun 2019 tentang KPK telah memberikan kewenangan bagi Komisi Antirasuah itu merekrut sendiri penyidik dan penyelidiknya.

Baca juga: Polri dan Kejagung Kompak Bantah KPK, Sebut Tak Ada Masalah Koordinasi

"Jadi, dengan menjalankan ketentuan ini secara maksimal, ke depan KPK tidak lagi bergantung pada pegawai dari lembaga penegak hukum lain," jelas Diky kepada Kompas.com, Selasa (2/7/2024).

Diakui Wakil Ketua KPK Alexander Marwata bahwa persoalan loyalitas pegawai KPK itu menjadi pekerjaan rumah yang perlu segera diselesaikan.

“Saya hanya menekankan ini sulitnya menjadi pimpinan KPK karena apa? Yaitu tadi saya enggak tahu penyelidik, penyidik, pegawai KPK itu loyal ke siapa,” kata Alex saat rapat kerja dengan Komisi III DPR, Senin (1/7/2024).

Saat berbincang dengan Kompas.com pada 10 Juni lalu, Alex mengungkapkan bahwa pemberantasan korupsi tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pimpinan KPK semata. Tetapi juga seluruh insan KPK yang ada di dalamnya.

Oleh karena itu, memiliki integritas dan independensi semestinya juga merupakan syarat yang melekat bagi setiap insan KPK di semua tingkatan.

Baca juga: Polri Bantah Pernyataan KPK soal Tutup Pintu Koordinasi jika Ada Oknum Ditangkap

Dalam upaya pemberantasan korupsi, imbuh dia, pimpinan KPK telah mendelegasikan wewenangnya kepada penyidik dan penyelidik. Namun dalam praktek di lapangan, tak jarang pimpinan KPK justru tidak mendapatkan informasi yang cukup, karena ternyata perkara rasuah disetok direktur atau pejabat di Kedeputian Penindakan dan Eksekusi.

“Pejabat tersebut memiliki kapasitas untuk membatasi informasi sampai ke pimpinan. Ini yang terjadi di KPK. Bahkan pernah terjadi disposisi pimpinan mengendap di deputi satu tahun tanpa ditindaklanjuti,” kata Alex.

Alex lantas menyebut seharusnya tidak ada PNYD di KPK. Ketika PNS dari instansi lain bertugas di KPK, mereka harus lepas dari instansi asal dan hanya menjadi pegawai KPK.

Sebab, jika mereka masih memiliki ikatan dengan instansi asal para pegawai itu memiliki loyalitas ganda.

“Seharusnya tidak ada pegawai yang dipekerjakan. Ketika mereka ingin mengabdi di KPK mereka harus beralih menjadi ASN di KPK,” ujar Alex.

Baca juga: Loyalitas Pegawai KPK Dikeluhkan, Rekrutmen Independen Patut Dipertimbangkan

“Hal ini untuk memutus jalur perintah/komando dari instansi asal sehingga mereka loyal dan patuh pada perintah pimpinan,” tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bareskrim Sita Dokumen hingga CPU Komputer Usai Geledah Kementerian ESDM

Bareskrim Sita Dokumen hingga CPU Komputer Usai Geledah Kementerian ESDM

Nasional
Lirik Nadiem Makarim untuk Pilkada Jakarta, Puan: Mungkin kalau Tertarik...

Lirik Nadiem Makarim untuk Pilkada Jakarta, Puan: Mungkin kalau Tertarik...

Nasional
Jokowi: IKN Akan Jadi Titik Pertumbuhan Ekonomi Baru...

Jokowi: IKN Akan Jadi Titik Pertumbuhan Ekonomi Baru...

Nasional
Rencana Berbahaya Kebijakan 'Impor Dokter'

Rencana Berbahaya Kebijakan "Impor Dokter"

Nasional
Hasyim Asy'ari Dipecat karena Asusila, KPU RI Diminta Berbenah Jelang Pilkada 2024

Hasyim Asy'ari Dipecat karena Asusila, KPU RI Diminta Berbenah Jelang Pilkada 2024

Nasional
Prananda dan Puan Ajak Megawati Foto Bersama

Prananda dan Puan Ajak Megawati Foto Bersama

Nasional
Tinjau Pemasangan Pompa di Bantaeng Sulsel, Jokowi Harap Panen Bisa Lebih dari Sekali

Tinjau Pemasangan Pompa di Bantaeng Sulsel, Jokowi Harap Panen Bisa Lebih dari Sekali

Nasional
PSI Bagi-bagi Buku di Tanjung Priok Bertuliskan 'Kaesang Pangarep'

PSI Bagi-bagi Buku di Tanjung Priok Bertuliskan "Kaesang Pangarep"

Nasional
Jokowi Diminta Percepat Pemecatan Hasyim Asy'ari agar Tak Ganggu Persiapan Pilkada

Jokowi Diminta Percepat Pemecatan Hasyim Asy'ari agar Tak Ganggu Persiapan Pilkada

Nasional
Megawati Lantik Ganjar hingga Ahok Jadi Ketua DPP PDI-P

Megawati Lantik Ganjar hingga Ahok Jadi Ketua DPP PDI-P

Nasional
Kaesang Shalat Jumat di Tanjung Priok, Dikawal Banser Seragam Lengkap

Kaesang Shalat Jumat di Tanjung Priok, Dikawal Banser Seragam Lengkap

Nasional
Soal Hasyim Terbukti Lakukan Tindakan Asusila, Megawati: Pusing Saya

Soal Hasyim Terbukti Lakukan Tindakan Asusila, Megawati: Pusing Saya

Nasional
Kemendikbud Peringatkan Rektor Unair yang Copot Dekan FK karena Tolak Dokter Asing

Kemendikbud Peringatkan Rektor Unair yang Copot Dekan FK karena Tolak Dokter Asing

Nasional
Menko Polhukam: Banyak Kementerian/Lembaga Minta Nama-nama Pejabat yang Terlibat Judi 'Online'

Menko Polhukam: Banyak Kementerian/Lembaga Minta Nama-nama Pejabat yang Terlibat Judi "Online"

Nasional
Dokter Ungkap Alasan Prabowo Tak Pilih RS Luar Negeri untuk Operasi Kaki Kirinya

Dokter Ungkap Alasan Prabowo Tak Pilih RS Luar Negeri untuk Operasi Kaki Kirinya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com