Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekuatan Uang dan Kedekatan dengan Pejabat Diduga Bikin DPO KPK Dapat "Permanent Resident"

Kompas.com - 15/08/2023, 12:37 WIB
Syakirun Ni'am,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menduga, daftar pencarian orang (DPO) yang bisa mendapatkan status permanent resident hingga status kewarganegaraan dari negara lain, tidak lepas dari kekuatan uang.

Untuk diketahui, DPO KPK Paulus Tannos mendapatkan status kewarganegaraan dari negara di benua Afrika dan Kirana Kotama memiliki permanent resident dari pemerintah Amerika Serikat (AS).

“Sudah banyak, dan ini kekuatan uang juga bermain,” kata Hikmahanto saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (14/8/2023).

Baca juga: KPK Bantah Penurunan Jumlah OTT karena Adanya Tekanan

Selain faktor uang, para DPO bisa mendapatkan permanent resident juga karena memiliki kedekatan dengan pejabat lokal di luar negeri.

Mereka bisa melakukan lobi dengan berbagai cara untuk mendapatkan izin tinggal hingga status kewarganegaraan.

Di sisi lain, para DPO juga dibantu pengacara yang memiliki banyak ide dan siasat sehingga mereka bisa lepas dari jerat hukum.

“Kedekatan dengan para pejabat lokal di luar negeri, bisa dilobi dan sebagainya, juga bermain,” ujar Hikmahanto.

Baca juga: Pakar Hukum Sarankan KPK Sewa Detektif Swasta Cari DPO Kirana Kotama di AS

Hikmahanto menuturkan, sejumlah negara memang dikenal sebagai surga bagi para pelarian “kejahatan kerah putih”.

Mereka biasanya menampung uang maupun orang dari negara tertentu tanpa melihat yang bersangkutan merupakan buronan.

Para DPO bersiasat menjadi warga negara lain agar ketika pemerintah Indonesia meminta ia diekstradisi, pemerintah negara terkait tidak mau menyerahkan.

“Memang idenya kalau nanti diminta esktradisi negara itu biasanya tidak akan menyerahkan warga negaranya,” kata Hikmahanto.

Baca juga: KPK Klaim Berhasil Pulihkan Aset Korupsi Rp 166,36 Miliar Selama Semester I 2023

“Swiss juga dianggap sebagai negara seperti itu, Singapura dulu, sekarang Singapura agak hati-hati saja sekarang,” lanjutnya.

Untuk mencari buronan itu, Hikmahanto menyarankan KPK menyewa detektif swasta. Sebab, polisi di negara lain bisa saja tidak mau membantu melakukan pencarian.

Sebab, mereka tidak mau menggunakan uang hasil pajak rakyatnya untuk kepentingan negara lain.

Selain itu, ia juga menyarankan KPK tidak menggunakan kerjasama police to police (P to P) dalam mencari DPO melainkan di pusat ekstradisi.

Baca juga: KPK Belum Bisa Deteksi Keberadaan DPO Kirana Kotama di AS

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Nasional
Drama Nurul Ghufron vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

Drama Nurul Ghufron vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Nasional
Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

Nasional
11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

Nasional
Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Nasional
KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar

Nasional
Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Nasional
Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Nasional
Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Tutup Forum Parlemen WWF, Puan Tekankan Pentingnya Ketahanan Air

Nasional
Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Singgung Kenaikan Tukin, Jokowi Minta BPKP Bekerja Lebih Baik

Nasional
Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Kembangkan Energi Terbarukan di RI dan Internasional, Pertamina NRE Gandeng Masdar

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

MK Tolak Gugatan PPP soal Perpindahan 21.000 Suara ke Partai Garuda di 4 Dapil

Nasional
Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Paparkan Hasil Forum Parlemen WWF, Puan Sebut Isu Air Akan Jadi Agenda Prioritas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com