JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, 77 tahun yang lalu tepatnya 10 November 1945, perang berkobar di Surabaya, Jawa Timur.
Para pemuda Surabaya habis-habisan bergerak melawan gempuran tentara Inggris yang hendak merebut kemerdekaan Indonesia.
Pasukan bambu runcing dikerahkan, menghalau tank-tank milik Sekutu. Semangat arek-arek Surabaya dibakar lewat corong-corong radio yang lantang mengumandangkan pekik merdeka dari Bung Tomo.
Sejarah mencatat, pertempuran Surabaya menjadi yang terbesar pascakemerdekaan. Inilah cikal bakal lahirnya Hari Pahlawan.
Baca juga: Hari Pahlawan 2022, Jokowi: Generasi Penerus Pahlawan Tetap Setia Jaga Kemerdekaan
Cerita berawal dari kedatangan pasukan Sekutu yang tergabung dalam Allied Forces Netherland East Indies (NICA) ke Surabaya pada 25 Oktober 1945. Saat itu, Indonesia baru dua bulan merdeka dari penjajahan.
Pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sother Mallaby langsung mendirikan pos-pos pertahanan.
Semula, pasukan Sekutu datang untuk mengamankan para tawanan perang dan melucuti senjata Jepang.
Namun, pada 27 Oktober 1945, mereka menyerbu penjara dan membebaskan para tawanan perwira Sekutu yang ditahan oleh Indonesia.
Pasukan Sekutu juga mendirikan pertahanan di tempat-tempat penting, seperti lapangan terbang, kantor radio, gedung internatio, dan pusat kereta api.
Mereka bahkan menyebarkan selebaran yang berisi imbauan agar masyarakat Surabaya segera menyerahkan senjata.
Baca juga: Jokowi Berikan Gelar Pahlawan Nasional kepada 5 Tokoh
Namun, rakyat Surabaya menolak. Tak mau kembali jatuh ke belenggu penjajah, para pemuda bersatu merapatkan barisan untuk melawan Sekutu.
Pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia yang dipimpin Bung Tomo mulai menyerang pos-pos pertahanan milik Sekutu.
Tiga hari kemudian tepatnya 31 Oktober 1945, Brigadir Mallaby tewas di tangan para pejuang Indonesia.
Peristiwa ini sontak menyulut kemarahan Sekutu. Mereka mengultimatum rakyat untuk segera menyerah, atau jika tidak, Surabaya akan dihancurkan.
Bukannya tumbang, semangat rakyat justru kian berkobar. Pemuda Indonesia bersenjatakan bambu runcing bergerak menyerang tank-tank Sherman milik Sekutu.