Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem, "Ojo Kemajon" atau "Ojo Kesusu?"

Kompas.com - 04/10/2022, 13:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pencapresan Ganjar oleh Nasdem juga membuat PKS tidak nyaman karena peluang menggapai kursi wapres menjadi semakin tidak teraih dan keluar dari koalisi menjadi pilihan yang akan diambil. Terlalu besar resikonya jika Nasdem mengusung Ganjar.

Demkian pula halnya dengan Nasdem “melepas” nama Jenderal Andika Perkasa karena faktor “kurang lakunya” di pasar politik untuk posisi capres adalah pilihan yang taktis semata.

Setidaknya Nasdem dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memberi edukasi politik yang cerdas kepada publik di saat partai-partai lain hanya menjadi “kuda troya” dari pemilik dan pendiri partai.

Andai kelak cicit saya ingin bercita-cita menjadi presiden karena kapabel dan berhasrat dicalonkan oleh partai politik, saya tidak perlu bersusah payah harus mendirikan partai politik. Biarlah cicit saya nanti dijaring serta dicalonkan oleh partai yang peduli dengan regenerasi kepemimpinan.

Harus diakui, sebenarnya kita punya stok pemimpin masa depan yang pantas menjadi pengganti Jokowi tetapi karena kuasa mutlak ada pada “sesepuh” partai dengan alasan konstitusi partai maka proses rekrutmen capres menjadi fatamorgana saja.

Bagaimana nasib Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang sukses memimpin daerahnya masing-masing tetapi tidak mendapat restu partai?

Ganjar Pranowo yang jelas-jelas menjadi kader senior di PDI-P tetapi disia-siakan oleh partainya sendiri. Khofifah yang jelas-jelas kader PKB, pun juga tidak dilirik sama sekali oleh partainya. Ridwan Kamil yang “jomblo” berpartai malah disarankan oleh Gerindra untuk mengurus Jawa Barat saja.

Para pendukung Ganjar, Khofifah, dan Ridwan Kamil kini hanyalah menyandarkan harapan kepada Koalisi Indonesia Baru (KIB) andaikan salah satu atau salah dua dari nama-nama tersebut akhirnya memperoleh tiket capres–cawapres untuk Pilpres 2024.

Langkah Nasdem mencalonkan Anies Baswedan pun sebenarnya tidak lepas dari resiko politik. Beberapa kawan saya yang menjadi simpatisan Nasdem karena kepincut dengan semangat restorasi yang yang digembar-gemborkan Surya Paloh, kini menjadi muak dengan partai ini.

Kawan saya ini menyayangkan langkah Nasdem mengingat rekam jejak Anies yang membiarkan atau lebih tepat “mendiamkan” digunakannya politik identitas saat kampanye Pilgub DKI 2017. Bukankah Nasdem begitu menolak digunakannya politik identitas di setiap konstestasi politik?

Beberapa simpatisan Nasdem yang salut dengan pilihan Nasdem selama ini yang berada di kubu pendukung Jokowi juga merasa kesal karena sikap Nasdem yang mengajak Demokrat dan PKS berada dalam satu barisan.

Sangat janggal dan diametral ketika Nasdem menghendaki capres yang bisa melanjutkan program-program pembangunan Jokowi sementara Demokrat begitu kerap “melecehkan” hasil pembangunan Jokowi yang begitu masif dan gencar di berbagai pelosok.

Bahkan AHY tegas menyebut Jokowi bisanya hanya “gunting pita” untuk peresmian proyek-proyek yang dicanangkan SBY sementara Nasdem adalah salah satu komponen pendukung Jokowi selama dua periode.

Akan lebih elok jika Nasdem memilih keluar dari koalisi pendukung Jokowi dan menarik menteri-menterinya dari kabinet ketika pilihan politik yang dipilihnya sekarang “bertabrakan” dengan visi-misi Jokowi. Begitu gerundelan teman saya yang selama ini menjadi simpatisan Nasdem.

Ingat pesan Jokowi, ojo kesusu

Dengan diusungnya Anies sebagai capres dari Nasdem serta kemungkinan terbentuknya koalisi Nasdem dengan Demokrat dan PKS, konstelasi partai-partai jelang Pilpres 2024 akan semakin terpolakan.

Besar kemungkinan, poros Gerindra dan PKB juga semakin mengerucut dengan nama Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar sebagai capres-cawapres serta Koalisi Indonesia Baru yang berintikan Golkar, PPP dan PAN bersatu.

Satu lagi tentu, capres-cawapres yang akan diusung PDI-P sendiri mengingat partai besutan Megawati Soekarnoputeri itu tidak memerlukan koalisi karena faktor kecukupan suara.

Baca juga: Jokowi Kembali Ingatkan Relawannya agar Ojo Kesusu soal Capres 2024

Faktor Jokowi dan masih bertajinya efek endorse Jokowi terhadap kandidat capres, sangat menentukan suara-suara dari kalangan non partai dan relawan akan berlabuh. Dari pernyataan-pernyataan Jokowi selama ini serta gesture politik yang ditampilkan Jokowi, saya bisa memprediksikan Jokowi begitu menaruh harapan besar terhadap Ganjar Pranowo.

Selain faktor sesama kader PDI-P, Jokowi begitu paham dan mengapresiasi kinerja Ganjar selama ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com