JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyatakan alasan menolak perekrutan pekerja migran Indonesia (PMI) sektor domestik alias Pembantu Rumah Tangga (PRT) menggunakan sistem maid online (SMO) milik Kementerian Dalam Negeri Malaysia karena rentan terjadi penyelewengan visa.
"SMO akan mem-by pass proses keberangkatan pekerja migran. Masuk ke Malaysia menggunakan visa kunjungan wisata yang dikonversi ke visa kerja, hal ini membuat posisi PMI rentan tereksploitasi," kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).
Judha menjelaskan, Indonesia tidak setuju untuk mengintegrasikan Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK) atau one channel system (OCS) lantaran penggunaan SMO membuka celah potensi eksploitasi terhadap PMI.
Melalui SMO, pekerja migran tidak melalui jalur perekrutan secara resmi. Artinya, PMI pun tidak melalui pelatihan, kontrak kerja, dan dokumen lain yang dibutuhkan termasuk visa kerja.
Baca juga: Jala PRT Sebut Perlindungan Negara Terhadap Pembantu Rumah Tangga Masih Kurang
Apalagi kesepakatan perekrutan PMI menggunakan sistem satu kanal baru berjalan 3 bulan.
Perekrutan melalui SMO juga dinilai secara khusus melanggar pasal 3 appendix C Nota Kesepahaman (MoU) yang sudah disepakati kedua negara.
"Kesepakatan ini baru 3 bulan, menjadi tidak efektif," ujar Judha.
Menurut Judha, dalam nota kesepahaman itu disebutkan perekrutan PRT hanya melalui Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK) sesuai perjanjian kedua negara.
Judha juga membantah pernyataan Dirjen Imigrasi Malaysia yang menyatakan Indonesia telah sepakat untuk mengintegrasikan OCS/SPSK dengan SMO Malaysia.
"Kami ingin menegaskan kembali, pemerintah Indonesia tidak pernah menyampaikan persetujuan atas integrasi mekanisme penempatan melalui OCS sesuai dengan MoU dengan SMO yang dimiliki oleh Malaysia," ucap Judha.
Baca juga: Indonesia Setop Kirim PMI ke Malaysia, Dubes RI Ungkap Alasannya
Judha mengakui terjadi pertemuan informal antara KBRI Kuala Lumpur dan pejabat Kementerian Sumber Daya Manusia Malaysia serta pejabat Ditjen Imigrasi Kemendagri Malaysia.
Akan tetapi, kata dia, pertemuan itu sama sekali tidak menyinggung integrasi OCS dengan SMO.
Menurut Judha, pertemuan itu dilakukan untuk bertukar pikiran dan mencari jalan keluar bersama.
"Fungsi pertemuan informal tersebut adalah untuk saling bertukar pikiran dan bertukar solusi atas berbagai macam ketidaksepahaman RI-Malaysia atas MoU. Namun kami tegaskan, tidak ada persetujuan dengan proses integrasi tersebut," ungkap dia.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, pemerintah menyetop pengiriman PMI ke Malaysia sampai negara itu memberi klarifikasi dan menghentikan perekrutan melalui SMO.