Gubernur DKI Jakarta
Belum usai masa kepemimpinannya pada periode kedua di Solo, Jokowi memutuskan untuk mengikuti perhelatan politik yang lebih besar.
Jokowi maju saat Pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2012. Saat itu usianya 51 tahun.
Jokowi berpasangan dengan Ahok sebagai wakilnya di Pilkada DKI Jakarta. Keduanya diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Jokowi-Ahok menang dalam pilkada dengan menyingkirkan empat pasangan calon lainnya.
Di awal menjabat, ia mendahulukan program bantuan sosial melalui Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar, dan setelah mendapat kendali atas APBD, menjalankan pembenahan saluran air di DKI Jakarta melalui program JEDI.
Beberapa program transportasi warisan pemerintahan sebelumnya seperti 6enam ruas Tol dan Monorel terhambat.
Baca juga: Selamat Ulang Tahun Ke-60, Presiden Jokowi
Sebaliknya, ia berkonsentrasi kepada transportasi massal MRT Jakarta, penambahan armada Transjakarta, dan peremajaan bus kecil.
Ia juga mengupayakan pengambilalihan pengelolaan Sumber Daya Air melalui akuisisi Aetra dan Palyja. Ia berperan dalam mengurangi diskriminasi dan nepotisme dalam jenjang karier Pegawai Negeri Sipil di DKI Jakarta melalui penerapan lelang jabatan.
Sebagai salah satu dampaknya adalah terpilihnya pejabat dari kalangan minoritas yang mendapat penolakan masyarakat. Misalnya, dalam kasus Lurah Susan. Jokowi menyatakan dukungan bagi Lurah Susan.
Popularitas Jokowi kian melejit berkat program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung.
Tak lama menjabat sebagai Gubernur DKI, Jokowi memutuskan maju sebagai calon presiden. Tepatnya pada 2014, suami Iriana ini diusung PDI Perjuangan, Partai Nasdem, PKB, Partai Hati Nurani Rakyat dan Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) untuk bertarung pada Pilpres 2014, berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Baca juga: Profil Presiden Ketujuh RI: Joko Widodo