Ketika pertemuan terealisasi, Juru Bicara PKS Ahmad Fathul Bari menyebut, Surya Paloh berkali-kali mengatakan bahwa PKS adalah saudara tua bagi Partai Nasdem.
Artinya, kata Fathul, PKS lebih dulu bertarung dalam kontestasi politik di Indonesia.
"Beliau menyebut 'Abang tua'. Itu menurut saya sesuatu yang luar biasa. Bagi komunikasi parpol pun luar biasa," tutur Fathul.
Menanggapi pertemuan tersebut, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menilai, partainya tak ingin terlalu mempersoalkan. Menurut dia, setiap parpol memiliki kedaulatan dalam menentukan arah dan strategi politiknya.
"Kami tidak bisa mencampuri atas apa yang dilakukan oleh partai lain," ujar Hasto di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (2/11/2019).
Hasto pun menekankan partainya juga memiliki strategi politik sendiri, yakni bergerak ke akar rumput untuk memperkuat pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Baca juga: Wasekjen PDI-P soal Pertemuan Paloh dan PKS: Namanya Komitmen itu Ada Loyalitas
Di lain pihak, pengamat politik Universitas Paramadina, Djayadi Hanan berpandangan bahwa manuver itu sebagai bentuk ketidaksenangan Partai Nasdem terhadap perubahan koalisi yang dibentuk Jokowi.
Ketidaksenangan itu, menurut Djayadi, terutama muncul setelah Partai Gerindra bergabung ke dalam koalisi.
"Tampaknya Nasdem kurang happy dengan koalisi yang dibentuk oleh Pak Jokowi," kata Djayadi saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Minggu (3/11/2019).
Bahkan, ia menilai, tak menutup kemungkinan Partai Nasdem akan memberikan kritik pedas terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
"Dalam koalisi multipartai presidensial seringkali terjadi partai tertentu tidak 100 persen bersama presiden dan pengalaman Indonesia kan begitu, 2014-2019 ada partai anggota koalisi tetapi dalam beberap kebijakan beda dengan presiden," ujar dia.
Baca juga: Jokowi Disebut Beri Lampu Hijau kepada Nasdem Saat Bertemu PKS