Akan tetapi, pemerintah lebih memilih tokoh yang berasal dari abad ke-17 dan abad ke-18. Hal ini dilakukan agar penilaian menjadi tidak bias.
Baca: Gus Dur dan Sembilan Tokoh Lain Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
"Kalau yang masih baru nanti bias kami menilai. Bisa saja generasi yang akan datang menilainya," kata Jimly, usai bertemu Presiden Joko Widodo, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Jimly mengatakan, tokoh seperti Gus Dur pasti memenuhi berbagai syarat dan kualifikasi untuk menjadi pahlawan nasional.
Namun, menurut dia, terlalu cepat apabila gelar pahlawan itu disematkan tidak lama setelah Gus Dur wafat pada 2009 lalu.
"Terlalu cepat. Bukannya tidak memenuhi syarat dan tidak layak," kata Jimly.
"Istilah kasarnya kuburannya masih basah," tambah dia.
Sementara itu, putri Gus Dur, Yenny Wahid, mengaku sudah bosan mendengar pertanyaan soal usulan ayahnya mendapat gelar pahlawan nasional.
Menurut dia, hal yang sama selalu ditanyakan setiap tahun. Namun, gelar pahlawan tak pernah benar-benar diberikan.
"Keluarga juga ditanyakan pertanyaan yang sama setiap tahun dan tidak pernah terjadi. Jadi buat kami sudah enggak penting lagi Gus Dur mau diusulkan jadi pahlawan nasional. Yang penting pahlawan rakyat saja," kata Yenny seusai diskusi bertajuk "Islam and Democracy In Indonesia" di Kampus Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Kamis (19/10/2017).
Ia mengatakan, gelar pahlawan nasional merupakan penghargaan yang diberikan oleh negara. Namun, mendapat penghargaan tersebut bukan berarti mendapatkan penghargaan dari masyarakat.