Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lima Hari Kontak Tembak di Timor Timur, Prajurit Saya Meninggal"

Kompas.com - 23/06/2023, 16:35 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Terjun ke daerah operasi menjadi pengalaman yang paling membanggakan dan berharga bagi setiap prajurit TNI. Tak terkecuali mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko.

Namun siapa sangka, terjun ke daerah operasi sekaligus menjadi pengalaman yang paling membekas yang pernah dirasakan oleh Kepala Staf Kepresidenan (KSP) itu.

Di sepanjang kariernya sebagai prajurit TNI, setidaknya pria berusia 65 tahun itu sudah dua kali terjun ke daerah operasi, yaitu ke Timor Timur pada 1984 dan Irak-Kuwait pada 1992.

Baca juga: Kisah Moeldoko, Anak Petani yang Bosan Hidup Miskin hingga Akhirnya Jadi Panglima TNI

Operasi di Timor Timur menjadi operasi militer pertamanya, setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) di Magelang, Jawa Tengah. Berbekal teori yang diperoleh selama menempuh pendidikan di AKABRI, Moeldoko memimpin pasukan.

Lima hari pertama sejak terjun ke daerah operasi, kontak tembak terus menerus terjadi antara pasukan yang dipimpin dirinya dengan musuh. Hingga pada akhirnya ada satu orang prajurit yang gugur tertembak di depan matanya. 

"Ada pengalaman menyesakkan. Lima hari pertama kita ada kontak, prajurit saya meninggal," ucap Moeldoko dalam program Gaspol, seperti disiarkan YouTube Kompas.com, Kamis (22/6/2023).

Di tengah situasi yang serba cepat, Moeldoko kalut. Di dalam pikirannya saat itu, nyawa anak buahnya adalah yang utama.

Tanpa mengindahkan tembakan peluru yang terus ditembakkan musuh dari berbagai penjuru, Moeldoko mengejar musuh seorang diri tanpa rasa takut. Di dalam benaknya saat itu, ia hanya ingin menangkap musuh itu.

"Waktu itu saya belum punya pengalaman tempur, masih bujangan, baru ada teori-teori di AKABRI," imbuhnya.

Baca juga: KSP Moeldoko Akui Jokowi sebagai Guru Politiknya

Sehingga, ketika masuk ke medan tempur sungguhan situasinya sangat berbeda dibandingkan dengan teori yang selama ini didapatinya di sekolah.

Salah seorang anak buahnya kemudian mengejarnya dan berhasil menghentikan langkahnya untuk mencari musuh itu.

"Ditarik saya sama bintara saya. Karena saya kejar sendirian. Tarik mundur. 'Komandan, jangan begitu, mundur'," jelas Moeldoko.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam rapat evaluasi KSP di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (27/4/2023).Dokumentasi/KSP Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam rapat evaluasi KSP di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (27/4/2023).

Bagi pria kelahiran Kediri, Jawa Timur itu, bukan perkara mudah untuk menyampaikan kabar kepada keluarga prajurit yang gugur. Sebab, sebagai komandan satuan, dirinya memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan dan keamanan seluruh prajurti.

"Karena saya harus menyampaikan kepada keluarganya, itu benar-benar sangat sulit. Nah itu pengalaman menurut saya yang membekas sampai sekarang," ucapnya.

Baca juga: Cerita Awal Moeldoko Berkenalan dengan Jokowi: Benahi Jalan Menuju Mabes TNI

Moeldoko menyadari bahwa menjadi prajurit bukan pekerjaan mudah. Sejak awal pun setiap prajurit telah dibekali pengetahuan bahwa salah satu risiko yang harus dihadapi di medan tempur adalah kematian.

Hal ini pun juga telah disampaikan kepada keluarga prajurit itu sebelum mereka berangkat ke medan operasi.

Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Pil Pahit Moeldoko di Timor Timur dan Jokowi Guru Politik

"Istri-istrinya juga sudah kita bekali, pada saat dia mau nikah, pertanyaan saya mesti seperti itu, 'apa anda siap menjadi janda?' Pertanyaan kepada calon istri seperti itu," terangnya.

"Karena memang risiko tertinggi prajurit ya itu dalam tugas. Walaupun sudah kita latih sedemikian rupa, sudah kita kontrol sedemikian rupa, tapi kadang-kadang ada hal-hal yang tidak bisa dihindari," tutup Moeldoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com