Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KSP Moeldoko Akui Jokowi sebagai Guru Politiknya

Kompas.com - 23/06/2023, 11:24 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengaku banyak belajar soal politik dari Presiden Joko Widodo.

Menurut dia, menjabat sebagai KSP dan kerap berkomunikasi dengan Jokowi membuatnya mempelajari ilmu politik yang selama ini tak didapatkan selama berkarier sebagai prajurit TNI.

“Saya sering sampaikan pada beliau, ‘Pak, saya banyak belajar politik pada Bapak’, saya betul-betul sampaikan pada beliau, karena banyak pelajaran-pelajaran yang selama ini saya enggak dapatkan, itu saya dapatkan,” ujar Moeldoko di program Gaspol! di YouTube Kompas.com, Kamis (22/6/2023).

Dalam pandangannya, Jokowi merupakan sosok yang cermat dalam melihat gestur politik seseorang. Hal itu tak pernah ia dapatkan selama berkarier di TNI bahkan hingga menjadi Panglima TNI di tahun 2013-2015.

“Bagaimana sense melihat situasi, melihat psikologi politik, bagaimana melihat body language, beliau (Jokowi) tajam banget. Nah saya pelan-pelan ikut belajar, karena memang medan atau area itu enggak pernah saya dapatkan selama saya di tentara,” papar dia.

Baca juga: Cerita Awal Moeldoko Berkenalan dengan Jokowi: Benahi Jalan Menuju Mabes TNI

Maka, Moeldoko tak menampik jika selama ini ada pihak yang menganggap Jokowi sebagai politisi andal, bahkan dianggap sebagai mentor politik.

“Bagi saya mantan Panglima TNI, saya menganggap beliau itu guru politik bagi diri saya. Bukan mengada-ada,” imbuhnya.

Diketahui Moeldoko telah menjabat sebagai KSP sejak 1 Januari 2018. Kala itu ia didapuk untuk menjadi pengganti Teten Masduki.

Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Pil Pahit Moeldoko di Timor Timur dan Jokowi Guru Politik

Setelah berhenti dari Panglima TNI dan pensiun sebagai prajurit, Moeldoko masuk ke dunia politik dengan bergabung bersama Partai Hanura di tahun 2016, saat itu Moeldoko menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina mendampingi Jenderal TNI (Purn) Wiranto yang menduduki posisi Ketua Dewan Pembina Partai Hanura.

Dua tahun belakangan, nama Moeldoko santer dibicarakan setelah dipilih oleh sejumlah mantan kader Partai Demokrat menjadi ketua umum tandingan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Baca juga: Insentif Kendaraan Listrik Tersendat, Moeldoko: Pasti Ada Evaluasi...

Saat ini, kubu Moeldoko tengah menempuh upaya hukum peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung (MA) terkait kepengurusan Partai Demokrat yang diputuskan dalam kongres luar biassa (KLB) di Deli Serdang.

Partai Demokrat menganggap langkah Moeldoko dkk merupakan upaya inkonstitusional untuk merebut Demokrat dari kepemimpinan yang sah. Bahkan, langkah itu dianggap sebagai upaya untuk menjegal pencalonan presiden Anies Baswedan yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com