Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GP Ansor Dampingi Pegawai MK yang Dibebastugaskan Usai Kritik Arief Hidayat

Kompas.com - 05/02/2018, 09:50 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Pemuda Ansor (LBH GP Ansor) Abdul Qodir menuturkan bahwa pihaknya akan mendampingi peneliti Mahkamah Konstitusi (MK) Abdul Ghoffar yang dibebastugaskan setelah mengkritik Ketua MK Arief Hidayat.

"LBH GP Ansor akan terus mengikuti perkembangan persoalan ini dengan saksama dan kami telah bertekad siap mendampingi Abdul Ghoffar dalam memperjuangkan keadilan dan mengupayakan perbaikan Mahkamah Konstitusi," ujar Qodir melalui keterangan tertulisnya, Minggu (4/2/2018).

Abdul Ghoffar adalah seorang pegawai MK yang melaporkan Ketua MK Arief Hidayat ke Dewan Etik MK.

Pelaporan tersebut berawal dari pernyataan Arief di sebuah pemberitaan terkait dirinya yang dinilai tidak benar.

(Baca juga: Ketua MK Arief Hidayat Kembali Dilaporkan ke Dewan Etik)

Diketahui pernyataan Arief tersebut diucapkan melalui media massa online setelah Ghoffar menulis artikel di harian Kompas pada 25 Januari lalu, berjudul ”Ketua Tanpa Marwah”.

Dalam artikel itu, Ghoffar menyoroti pentingnya kesadaran pribadi Arief untuk mundur dari posisinya sebagai ketua MK sebab sudah dua kali ia dikenai sanksi oleh Dewan Etik.

Tak lama setelah itu Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal MK membebastugaskan Ghoffar untuk kepentingan pembinaan, klarifikasi serta penegakan kode etik pegawai MK dan peraturan disiplin PNS.

Ketua MK Arief Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/12/2017)Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim Ketua MK Arief Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/12/2017)
Pembebastugasan tersebut diduga terkait dengan kritik Ghoffar yang ia sampai melalui tulisan di media massa.

Abdul Qodir menilai, sanksi pemberhentian sementara atas Abdul Ghoffar adalah bentuk kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia serta hak konstitusional warga negara.

"Kami amat menyesalkan dijatuhkannya sanksi tersebut dan memandang perlu untuk segera dilakukan koreksi untuk mengembalikan Mahkamah Konstitusi pada fitrahnya sebagai pengawal hak konstitusional," kata Qodir.

(Baca juga: Kartu Merah untuk Ketua MK Arief Hidayat...)

Secara terpisah, Direktur Litigasi dan Advokasi LBH GP Ansor Achmad Budi Prayoga menilai bahwa kritik Ghoffar merupakan hak kebebasan ekspresi akademik yang dijamin oleh konstitusi.

Menurut Achmad, kritik dan masukan Ghoffar disampaikan dengan cara yang wajar, sesuai dengan kaidah keilmuan, dan konstruktif bagi Mahkamah Konstitusi.

"LBH GP Ansor memaknai langkah Abdul Ghoffar sebagai suatu hak mengekspresikan kebebasan akademik yang dijamin oleh konstitusi kita," ujar Achmad kepada Kompas.com, Minggu (4/2/2018).

LBH GP Ansor, kata Achmad, mendukung pandangan Ghoffar yang menganjurkan hakim konstitusi yang terbukti melanggar kode etik untuk mundur secara sukarela.

Ia pun memandang keberanian Abdul Ghoffar untuk menyampaikan kritik adalah sikap yang perlu diteladani sehingga tidak beralasan jika dimaknai sebagai pembangkangan pada pimpinan.

"LBH GP Ansor juga meminta kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat secara legawa menunjukkan sikap kenegarawanan dengan mengutamakan marwah Mahkamah Konstitusi ketimbang sekedar kehormatan pribadi," ucap Achmad.

Kompas TV Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat menemui dewan etik soal tudingan adanya lobi politik terhadap anggota Komisi III DPR.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Ahli Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Ahli Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com