Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Reformasi Dianggap Mandek akibat Oligarki dan Demokrasi Prosedural

Kompas.com - 29/01/2024, 12:01 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi demokrasi di Indonesia dinilai memasuki era baru yang bisa lebih buruk karena semangat reformasi buat memperkuat prinsip negara hukum dan hal-hal substansif kerap tersingkir akibat kepentingan ekonomi.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Bahasa, Negara, dan Antropologi Kerajaan Belanda (KITLV) Ward Berenschot terdapat 2 indikator yang memperlihatkan Indonesia kehilangan ruh Reformasi 1998 dan kembali mengarah kepada praktik demokrasi prosedural seperti masa Orde Baru.

Indikator pertama kemunduran demokrasi, kata Ward, adalah dominasi kekuatan oligarki di dunia politik Indonesia.

"Bahwa demokrasi di Indonesia dipimpin dan didominasi oleh orang yang sekaligus elite politik dan elite-elite ekonomi," kata Ward dalam kegiatan diskusi bertajuk "Cawe-cawe Presiden dan Senjakala Demokrasi: Outlook LP3ES 2024, yang dilakukan secara daring pada Minggu (28/1/2024).

Baca juga: Semangat Reformasi Dianggap Terhenti, Demokrasi Indonesia Diprediksi Semakin Mundur

Menurut Ward, menguatnya kelompok oligarki dalam dunia politik Indonesia berdampak terhadap produk kebijakan dalam 2 periode pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) cenderung mengutamakan kepentingan ekonomi.

Alhasil, kata Ward, hal itu kerap membuat ketika masyarakat sipil dalam kondisi tersingkir saat mendesak pemerintah buat membikin kebijakan yang berdampak terhadap demokrasi substantif.

Menurut dia, hal itu menjadi persoalan bagi gerakan masyarakat sipil buat mengingatkan pemerintah supaya tetap berada dalam jalur prinsip negara hukum dan demokrasi substansif.

Baca juga: LP3ES Prediksi Demokrasi Indonesia Bisa Semakin Memburuk


"Dan itu salah satu faktor yang juga membawa unsur kedua periode ini bahwa sekarang kekuatan ekonomi atau gerakan ekonomi atau kepentingan ekonomi lebih kuat dibanding dengan kekuatan demokratis," ujar Ward.

"Kalau untuk keinginan, kebutuhan untuk memperkuat demokrasi berantem dengan kepentingan ekonomi kecenderungan akan kalah karena ada dominasi oligarki itu di situ," sambung Ward.

Indikator kedua yang dinilai bisa membuat praktik demokrasi Indonesia memburuk adalah mengedepankan hal-hal yan prosedural ketimbang substantif.

Menurut Ward, praktik demokrasi prosedural tetap berjalan, seperti Pemilu dan Pilpres, sebagai prosedur buat memilih pemimpin dan cukup terbuka.

Baca juga: Ucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Megawati, Cak Imin: Kawal Demokrasi dan Ketidakadilan

"Tapi itu prosedur saja karena orang, termasuk tokoh Indonesia, cukup senang dengan demokrasi prosedural," ujar Ward.

Akan tetapi, kata Ward, praktik demokrasi substansif buat memperkuat prinsip negara hukum, penguatan hak warga, kemandirian institusi negara, kebebasan pers, dan ruang untuk gerakan masyarakat sipil dinilai bakal melemah di masa mendatang.

"Demokrasi substansif tidak akan begitu baik dan begitu kuat dan itu memang dikhawatirkan, dan sulit bagi konsoliddasi civil society untuk tetap memperjuangkan demokrasi substansif itu," ucap Ward.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com