Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil PKB: Suara NU, Sosok Gus Dur, dan Kepemimpinan Cak Imin Kini

Kompas.com - 11/11/2023, 12:22 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan satu dari 18 partai politik (parpol) nasional peserta Pemilu 2024. PKB bukan partai baru lantaran sebelumnya telah mengikuti lima kali pemilu.

PKB identik dengan warga Nahdlatul Ulama (NU). Memang, kelahirannya tak bisa dilepaskan dari masyarakat Nahdliyin. Berikut profil PKB.

Sejarah PKB

Melansir laman resmi pkb.id, kelahiran PKB bermula dari lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 akibat desakan massa. Peristiwa ini menandai lahirnya era reformasi.

Sehari setelah peristiwa tersebut, warga NU di berbagai pelosok Tanah Air mengusulkan supaya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membentuk partai politik.

Nama-nama partai pun langsung diusulkan. Sedikitnya, ada 39 nama yang gagas, di antaranya, Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa.

Ada juga yang menggagas lambang parpol, seperti gambar bumi, bintang sembilan, dan warna hijau. Bersamaan dengan itu, muncul pula usulan tentang visi dan misi parpol, AD/ART, hingga nama-nama pengurus parpol.

Baca juga: PKB Ingin Anies-Muhaimin Dapat Nomor Urut 1 di Pilpres 2024

PBNU menanggapi ide-ide tersebut secara hati-hati. Sebab, hasil Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur, menetapkan bahwa secara organisatoris, NU tidak terkait dengan parpol mana pun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.

Namun, sikap PBNU ini dianggap tak memuaskan warga Nahdliyin. Banyak yang tidak sabar dan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi politik warga NU setempat.

Di Purwokerto, Jawa Tengah, warga NU mendeklarasikan parpol bernama Partai Bintang Sembilan. Sementara, di Cirebon, Jawa Barat, kalangan Nahdliyin mengumumkan berdirinya Partai Kebangkitan Umat (Perkanu).

Menyikapi situasi ini, pada 3 Juni 1998, PBNU menggelar rapat harian syuriyah dan tanfidziyah. Forum ini menghasilkan keputusan membentuk tim lima yang tugasnya memenuhi aspirasi warga NU.

Tim lima diketuai oleh Ma’ruf Amin yang kala itu menjabat sebagai Rais Suriyah/Kordinator Harian PBNU. Anggotanya, petinggi-petinggi PBNU lain yakni Dawam Anwar, Said Aqil Siradj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja.

Selain itu juga dibentuk tim asistensi yang diketuai oleh Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU saat itu, Arifin Djunaedi, dengan anggota Muhyiddin Arubusman, HM Fachri Thaha Ma’ruf, Abdul Aziz, Andi Muarli Sunrawa, Nasihin Hasan, Lukman Saifuddin, Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar.

Baca juga: PKB Waspadai Gerakan Dorong Pilpres 2024 Berlangsung 1 Putaran

Tim asistensi bertugas membantu tim lima menginventarisasi dan merangkum usulan pembentukan parpol, serta membantu melahirkan partai yang mewadahi aspirasi poitik warga NU.

Berlanjut pada 26-28 Juni 1998, tim lima dan tim asistensi menggelar pertemuan untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan ini membuahkan lima draf tentang pokok-pokok pikiran NU mengenai reformasi politik, mabda’ siyasi, hubungan partai politik dengan NU, AD/ART, dan naskah deklarasi.

Kala itu, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sempat mengungkapkan keprihatinannya lantaran warga NU ingin mendirikan partai politik. Menurut Gus Dur, ini terkesan mengaitkan agama dengan politik.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com