JAKARTA, KOMPAS.com - Kompol Baiquni Wibowo menyebutkan dirinya terpaksa menghapus rekaman CCTV yang menjadi bukti dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat.
Baiquni terpaksa melakukan hal yang dianggap melanggar pidana tersebut karena dipaksa oleh tiga atasannya.
Hal itu diungkap dalam eksepsi atau nota keberatan yang dibacakan oleh kuasa hukum Baiquni di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (26/10/2022).
Baca juga: Momen Bripka RR, Kuat Maruf, Kompol Baiquni, Kompol Chuck, dan AKP Irfan Berangkat ke PN Jaksel
Tiga atasan yang memberikan perintah menghapus video tersebut adalah Ferdy Sambo, ARif Rachman Arifin dan Chuck Putranto.
Kuasa hukum menyebut, posisi Baiquni saat itu bukan memiliki niat yang sama dengan Ferdy Sambo untuk mengaburkan kasus Brigadir J, melainkan dipaksa oleh Ferdy Sambo lewat Arif Rachman Arifin dan Chuck Putranto.
"Posisi Baiquni Wibowo adalah sebagai orang yang disuruh melakukan karena perintah atasan selaku pejabat pemerintah penyelenggara yang disertai sebuah ancaman dari Irjen Pol Ferdy Sambo melalui saudara Arif Rachman Arifin dan saudara Chuck Putranto kepada saudara terdakwa Baiquni," ujar pengacara di ruang sidang.
Kuasa hukum Baiquni mengatakan, ancaman dan perintah tersebut terlihat dari dakwaan yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) sebelumnya.
Dalam halaman 8 surat dakwaan disebutkan dengan jelas bahwa pada 12 Juli 2022 pukul 17.00 WIB terdakwa Baiquni mendapat perintah dari Ferdy Sambi melalui Chuck Putranto menghapus rekaman CCTV.
"Kemarin saya sudah dimarahi ini perintah Kadiv Propam," kutipan kalimat Chuck kepada Baiquni.
Baca juga: AKP Irfan Tak Bisa Menolak saat Diperintah Ferdy Sambo Ganti DVR CCTV Bukti Pembunuhan Yosua
Kemudian, berdasarkan halaman 11 surat dakwan disebutkan bahwa pada 13 Juli 2022 pukul 20.30 WIB, Baiquni kembali mendapatkan perintah dari Arif Rachman Arifin untuk menghapus file CCTV tersebut.
Ferdy Sambo bahkan secara sempat memberikan ancaman kepada Baiquni karena pernah melihat secara langsung rekaman CCTV yang menjadi bukti pembunuhan berencana Brigadir J.
"Kalau sampai bocor, berarti dari kalian berempat (termasuk Baiquni)," kutipan kalimat Ferdy Sambo.
Menurut kuasa hukum, dakwaan tersebut sudah jelas bahwa adanya ancaman yang membuat kliennya terpaksa melakukan tindak pidana.
"Bahkan sebagaimana termaktub dalam halaman 11 alinea kedua surat dakwaan penuntut umum nomor PDM 126/JKTSL/10/2022 tanggal 5 Oktober 2022, saudara Penuntut Umum dengan jelas mengkategorikan bahwa perintah dari Irjen Ferdy Sambo tersebut merupakan sebuah ancaman," ucap Jaksa.
Diketahui, Kompol Baiquni Wibowo merupakan satu dari tujuh tersangka obstruction of justice penyidikan pembunuhan Brigadir J.
Baca juga: Ambil DVR CCTV, AKP Irfan Disebut Halangi Satpam Lapor ke Ketua RT
Ia diduga berperan serta dalam menghilangkan alat bukti elektronik di kasus pembunuhan Brigadir J, khususnya menghapus file rekaman yang ia terima.
Adapun enam terdakwa lainnya yaitu Ferdy Sambo, Brigjen Hendra Kurniawan, Kombes Agus Nurpatria, AKBP Arif Rahman Arifin, AKP Irfan Widyanto dan Kompol Chuck Putranto.
Mereka diduga melanggar Pasal 49 juncto Pasal 33 dan/atau Pasal 48 Ayat (1) juncto Pasal 32 Ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Pasal 221 Ayat (1) ke 2 dan 233 KUHP juncto Pasal 55 KUHP dan/atau Pasal 56 KUHP.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.