Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye Capres-Cawapres Seharusnya Disisipi Pendidikan Politik

Kompas.com - 21/12/2018, 18:48 WIB
Christoforus Ristianto,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua pasangan capres dan cawapres yang berkompetisi pada Pemilihan Presiden 2019, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, telah mulai melakukan kampanye hampir tiga bulan.

Dalam tiga bulan ini, muncul beragam dinamika atas kampanye yang dilakukan kedua pasangan calon. Pernyataan-pernyataan kontroversial yang dilontarkan para calon seringkali memancing polemik.

Misalnya, Prabowo yang sempat melontarkan istilah "tampang Boyolali" dan "Indonesia punah", maupun Jokowi dengan "sontoloyo" dan genderuwo.

Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) yang juga pengamat politik, Boni Hargens mengatakan, kampanye seharusnya juga disisipi pendidikan politik untuk rakyat.

Baca juga: 3 Bulan Kampanye, Visi Misi Kedua Paslon Tak Jelas, Lebih Sibuk Saling Serang

Ia mengomentari penggunaan diksi seperti "Indonesia punah" yang disampaikan Prabowo.

"Ini juga satu pendekatan strategi politik. Tapi jangan sampai pertarungan hanya berdasarkan menang dan kalah saja, tetapi juga disisipi pendidikan politik untuk rakyat," kata Boni, dalam diskusi bertema "Prabowo Kalah, Indonesia Punah?", di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018).

Menurut dia, yang harus dikedepankan adalah program serta visi misi pasangan calon. Dengan demikian, masyarakat akan semakin tahu siapa pemimpin yang dinilai tepat untuk Indonesia.

"Jangan terlalu sering mengungkapkan kata-kata yang cenderung tak mendidik. Pilpres ini kan bukan sebuah peperangan," kata dia.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti juga memberikan catatan terhadap pola kampanye dan komunikasi Jokowi-Ma'ruf.

Baca juga: Kemendagri Ingatkan Lagi Ketentuan Kampanye bagi Kepala Daerah

Ia menilai, Jokowi-Ma'ruf seharusnya tidak terus menangkis serangan kampanye dari kubu lawan. 

"Elektabilitas akan stagnan kalau Jokowi-Ma'ruf kerjaanya banyak menangkis serangan dari penantang saja. Tapi akhir-akhir ini kubu Jokowi sudah mulai ada kesadaran akan masalah itu," kata Ray.

Menurut Ray, sepanjang masa kampanye kuartal pertama ini, Jokowi-Ma'ruf tidak memiliki upaya kuat dalam menaikkan elektabilitas melalui kampanye program dan visi misinya.

"Metode kampanye Jokowi-Ma'ruf malah lebih sebagai antitesis dari kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Uno," kata Ray.

Sebelumnya, saat berpidato pada Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Jawa Barat, Senin (17/12/2018), Prabowo Subianto menilai Indonesia akan punah sebab para elite saat ini telah gagal dalam menjalankan amanah rakyat.

Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Saya Tak Yakin Prabowo Bermaksud Bilang kalau Kalah Indonesia Punah

"Dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah. Indonesia semakin miskin dan semakin tidak berdaya bahkan bisa punah," kata Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Prabowo juga meminta seluruh kader Partai Gerindra untuk berjuang dalam memenangkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.

Di sisi lain, kata Prabowo, rakyat sangat menginginkan perubahan dan pemerintahan yang bersih dari korupsi.

"Karena itu kita tidak bisa kalah. Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah," ucap Prabowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com