JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo mengungkapkan, babak pertama kampanye dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 masih membuat publik bingung.
Babak pertama yang ia maksud adalah masa kampanye paslon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, maupun paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.selama tiga bulan belakangan.
"Episode 1 ini memang belum ada visi misi kedua paslon yang dilontarkan secara jernih kepada publik. Kita lihat baik pasangan Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandiaga (membuat) publik sampai saat ini masih gamang," ujar Ari dalam acara diskusi bertajuk "Membongkar Visi Misi Capres Cawapres: Melihat Aspirasi Politik Umat" di Kantin Kendal, Jakarta Pusat, Kamis (20/12/2018).
Baca juga: Visi Misi 2 Paslon Capres-Cawapres Dinilai Beririsan pada Konsep Trisakti
"Jangankan publik, kami yang pengamat saja belum memahami secara betul soal pesan visi misi mereka," lanjut dia.
Sayangnya, selama babak pertama tersebut, Ari mengatakan kedua kubu terlalu sibuk mengolok-olok. Hal itu ia sebut sebagai "nyinyir-isme".
Baca juga: Kedua Timses Paslon Sepakat Panelis Debat Pilpres Tidak Memihak
Akibat dari saling serang-menyerang tersebut, petahana terlalu sibuk menangkis isu yang dilontarkan kubu lawan. Sosialisasi terkait visi misi pun terabaikan
"Incumbent nampaknya kehabisan energi untuk merespon, bereaksi terhadap serangan-serangan dari kubu Prabowo-Sandi, sehingga substansi capaian kinerja Jokowi selama periode pertama belum tersampaikan dengan baik," terangnya.
Ia pun membandingkannya dengan Pilpres 2014, ketika Jokowi juga maju sebagai capres. Menurutnya, kala itu tagline Revolusi Mental dan program Nawacita sangat keras digaungkan. Hal itu yang tidak terdengar saat ini.
Baca juga: Kedua Paslon Dinilai Gunakan Politik Identitas untuk Raih Suara
Begitu pula dengan kubu Prabowo-Sandi yang dinilai belum membahas secara rinci visi misi mereka, yang bertajuk Sejahtera Bersama Prabowo-Sandi.
Ari berpendapat, isu ekonomi yang sekarang diprioritaskan oleh kedua kubu belum terlihat jelas bagaimana cara menanganinya.
"Memang persoalan keduanya, itu utamanya adalah persoalan ekonomi, bagaimana isu kesejahteraan diangkat dengan pendekatan, visi misi masing-masing," ungkap dia.