Salin Artikel

Kampanye Capres-Cawapres Seharusnya Disisipi Pendidikan Politik

Dalam tiga bulan ini, muncul beragam dinamika atas kampanye yang dilakukan kedua pasangan calon. Pernyataan-pernyataan kontroversial yang dilontarkan para calon seringkali memancing polemik.

Misalnya, Prabowo yang sempat melontarkan istilah "tampang Boyolali" dan "Indonesia punah", maupun Jokowi dengan "sontoloyo" dan genderuwo.

Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) yang juga pengamat politik, Boni Hargens mengatakan, kampanye seharusnya juga disisipi pendidikan politik untuk rakyat.

Ia mengomentari penggunaan diksi seperti "Indonesia punah" yang disampaikan Prabowo.

"Ini juga satu pendekatan strategi politik. Tapi jangan sampai pertarungan hanya berdasarkan menang dan kalah saja, tetapi juga disisipi pendidikan politik untuk rakyat," kata Boni, dalam diskusi bertema "Prabowo Kalah, Indonesia Punah?", di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018).

Menurut dia, yang harus dikedepankan adalah program serta visi misi pasangan calon. Dengan demikian, masyarakat akan semakin tahu siapa pemimpin yang dinilai tepat untuk Indonesia.

"Jangan terlalu sering mengungkapkan kata-kata yang cenderung tak mendidik. Pilpres ini kan bukan sebuah peperangan," kata dia.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti juga memberikan catatan terhadap pola kampanye dan komunikasi Jokowi-Ma'ruf.

Ia menilai, Jokowi-Ma'ruf seharusnya tidak terus menangkis serangan kampanye dari kubu lawan. 

"Elektabilitas akan stagnan kalau Jokowi-Ma'ruf kerjaanya banyak menangkis serangan dari penantang saja. Tapi akhir-akhir ini kubu Jokowi sudah mulai ada kesadaran akan masalah itu," kata Ray.

Menurut Ray, sepanjang masa kampanye kuartal pertama ini, Jokowi-Ma'ruf tidak memiliki upaya kuat dalam menaikkan elektabilitas melalui kampanye program dan visi misinya.

"Metode kampanye Jokowi-Ma'ruf malah lebih sebagai antitesis dari kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Uno," kata Ray.

Sebelumnya, saat berpidato pada Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Jawa Barat, Senin (17/12/2018), Prabowo Subianto menilai Indonesia akan punah sebab para elite saat ini telah gagal dalam menjalankan amanah rakyat.

"Dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah. Indonesia semakin miskin dan semakin tidak berdaya bahkan bisa punah," kata Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Prabowo juga meminta seluruh kader Partai Gerindra untuk berjuang dalam memenangkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.

Di sisi lain, kata Prabowo, rakyat sangat menginginkan perubahan dan pemerintahan yang bersih dari korupsi.

"Karena itu kita tidak bisa kalah. Kita tidak boleh kalah. Kalau kita kalah, negara ini bisa punah," ucap Prabowo.

https://nasional.kompas.com/read/2018/12/21/18480701/kampanye-capres-cawapres-seharusnya-disisipi-pendidikan-politik

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke