Namun, Karina Fitri (22), mantan relawan Jokowi-Kalla lainnya, memilih belum bergabung dengan Nasdem.
"Belum tertarik untuk terjun di dunia politik. Soalnya politik sering kali membuat orang baik menjadi terlihat jahat, sebaliknya orang jahat justru terlihat baik," katanya.
Antipati terhadap politik, dan juga terhadap partai, menurut Martin, menjadi tantangan terbesar Nasdem untuk menggaet semakin banyak relawan mendukung partai.
Adanya tuntutan kemampuan yang lebih spesifik bagi kader partai, lanjut Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional Viva Yoga, juga jadi hambatan dalam merekrut relawan untuk menjadi kader partai. Kemampuan spesifik itu misalnya jadi ahli media sosial atau penggerak massa.
Namun, ia menegaskan, gerakan relawan dibutuhkan karena model kampanye di pemilu dan pilkada yang berubah, yaitu dari pengumpulan massa menjadi pendekatan kampanye ke komunitas-komunitas.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menuturkan, menjelang Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, dia telah membentuk tim relawan Jakarta Bergerak untuk menjaring aspirasi masyarakat Jakarta terhadap calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang diinginkan.
Jembatan
Guru Besar Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada Purwo Santoso menuturkan, sejumlah partai sudah memahami pentingnya kerelawanan.
"Partai sadar biaya politik mahal harus dipindahkan jadi biaya ditanggung orang banyak. Sebenarnya fungsi kepartaian itu (idealnya) merajut voluntarisme (kerelawanan) yang ada," tuturnya.
Purwo menilai untuk mencari pola ideal, diperlukan pewacanaan terus-menerus relasi antara kerelawanan dan partai politik.
Dengan demikian, semangat kerelawanan yang saat ini sebagian besar masih didominasi sikap emosional atas belum optimalnya partai menjalankan fungsinya, bisa diarahkan menjadi gerakan yang lebih logis dalam kerangka besar perbaikan infrastruktur politik, termasuk partai.
Beberapa penelitian mencoba mencari korelasi antara keterlibatan dalam aktivitas kewargaan terhadap tingkat keinginan untuk berpartisipasi politik aktif, tetapi hasilnya berbeda-beda.
Menurut pengajar Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Panji Anugrah, secara teoretis ada relasi antara pernah terlibat dalam aktivitas kewargaan dan keinginan berpartisipasi politik.
Ini karena aktivitas itu membangun kesadaran untuk mengamati serta menyikapi secara kritis pemerintah. Namun, hal itu tidak berarti semua orang yang pernah terlibat dalam aktivitas kerelawanan akan otomatis terlibat dalam politik praktis.
Panji Anugrah mengatakan, ada dua tipe relawan, yakni mereka yang menganggap penting untuk terjun langsung ke dunia politik untuk mengubah sistem serta tipe kedua yang menolak untuk terlibat.
"Bagi tipe pertama, untuk masuk ke partai juga jawabannya bisa ya dan tidak. Untuk itu, partai perlu membangun kepercayaan. Selama ini mereka dituntut kelompok masyarakat sipil untuk berbenah karena kelembagaannya kurang transparan, kurang profesional, dan kurang representatif," tutur Panji.
Pertanyaannya kini, sejauh mana partai mau berbenah diri, membangun kepercayaan, lalu merajut kerelawanan demi demokrasi Indonesia yang lebih sehat? (Antony Lee/A Ponco Anggoro)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.