Besar kecilnya bangsa ditentukan kualitas manusianya. Mengutip Proklamator Soekarno, ”tiap bangsa punya orang besar. Tiap periode dalam sejarah mempunyai orang besar. Tetapi, lebih besar daripada Mahatma Gandhi adalah jiwa Mahatma Gandhi, lebih besar dari Stalin adalah jiwa Stalin, lebih besar dari Roosevelt adalah jiwa Roosevelt”.
Adapun Hatta dengan mengutip penyair Jerman, Friedrich Schiller, mengatakan, ”Sebuah abad besar telah lahir, tetapi ia menemukan generasi yang kerdil.”
Apakah bangsa ini tengah bergerak melahirkan generasi kerdil? Biarlah sejarah mencatatnya.
Kejujuran yang menjadi esensi penting dari Hatta mulai meredup. KPK yang awalnya dianggap sebagai kebutuhan bangsa, digerogoti dari dalam tubuhnya.
Pengadilan terhadap Syahrul bukan hanya untuk Syahrul. Namun bagaimana bangsa ini belajar dari apa yang terjadi.
Belajar bagaimana kekuasaan dipraktikkan semaunya, meski sudah ada gerakan Revolusi Mental.
Bagaimana kesamaan di muka hukum yang ada di konstitusi masih menjadi “pasal mati”, kasus Firli Bahuri berjalan di tempat.
Seorang mantan menteri menelepon saya. “Kunci dari kerusakan bangsa ini adalah partai politik.” Partai politik lebih banyak menjalankan peran sebagai pialang untuk jabatan-jabatan politik.
Jadi, dalam sistem politik seperti sekarang, jangan berharap muncul sosok seperti Syarifuddin Prawiranegara, Mohammad Hatta, IJ Kasimo, Hoegeng, Baharuruddin Lopa.
Namun, saya mengatakan, bangsa ini tetap membutuhkan harapan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.