JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo memanggil sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju ke Istana Kepresidenan, Jakarta untuk membahas tata kelola perdagangan daun kratom pada Kamis (20/6/2024).
Pantauan Kompas.com, para menteri yang hadir antara lain Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Menurut Moeldoko, rapat antara lain membahas tata kelola dan teknis penggolongan kratom.
Baca juga: Tanggapi Rencana Ekspor Daun Kratom, Kepala BNN: Kami Pelajari Dulu
"Saya pikir ingin memastikan harus bagaimana ini tata kelolanya, penggolongannya. Bagaimana tata kelolanya bagaimana tata niaganya juga, bagaimana sehingga ada kepastian," ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan sebelum mengikuti rapat pada Kamis.
"Karena ini ditunggu oleh masyarakat, saya mendapatkan keluhan dari masyarakat Kalimantan Barat termasuk juga dari bupati dan gubernur ini masyarakat harus mendapatkan kepastian," tegasnya.
Baca juga: Apa Itu Daun Kratom yang Rencananya Akan Diekspor Indonesia?
Diberitakan sebelumnya, Komisi IV DPR RI menargetkan tumbuhan kratom kembali masuk menjadi tanaman obat-obatan dalam aturan Kementerian Pertanian.
Hal itu menyusul adanya keluhan dari pengusaha kratom soal ketidakjelasan regulasi di Indonesia yang berimbas pada terganggunya kegiatan ekonomi petani dan pengusaha kratom.
“Ini minimal kita usahakan bisa punya keputusan kratom kembali dimasukkan ke dalam tanaman obat-obatan di bawah hortikultura, ini target kita,” ujar Anggota Komisi IV dari Fraksi PKB Johan dalam audiensi bersama dengan pemimpin pusat perkumpulan pengusaha kratom DPR RI di Jakarta, Senin (4/12/2023).
Johan juga menyayangkan ketidakjelasan regulasi kratom di Tanah Air.
Baca juga: Menghadap Jokowi, Mendag Lapor Rencana Atur Perdagangan Kratom
Padahal berdasarkan informasi yang dia dapat, potensi ekonomi yang didapatkan pengusaha hingga petani dari produksi tumbuhan kratom, mencapai Rp 25 juta per hektar per bulan.
Angka ini jauh melebihi potensi produksi sawit dan karet yang masing-masingnya hanya mencapai Rp 4,5 juta untuk sawit dan hanya Rp 1,5 juta per hektar per bulan untuk karet.
Di sisi lain, tumbuhan kratom juga tidak membutuhkan biaya atau modal investasi yang banyak dibandingkan 2 komoditas itu yakni modal untuk sawit sebesar Rp 60 juta hingga panen dan karet membutuhkan modal Rp 22 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.