Pegawai itu menyebut, pria tersebut merekam kawasan proyek pembangunan tanpa izin.
“Kejadian kemarin dia masuk proyek tanpa ada izin dan sepengetahuan pihak proyek kayaknya. Biasanya orang luar tidak bisa masuk proyek sembarangan,” lanjutnya.
Saat Kompas.com mendatangi lokasi, terlihat kawasan pembangunan perumahan Sana Hills sama dengan yang ada di video. Tampak tanah lapang yang masih dalam tahap pembangunan proyek.
Di lokasi tersebut juga tampak pipa atau gorong-gorong seperti yang terekam dalam video. Pipa-pipa itu ternyata milik kontraktor proyek perumahan tersebut.
Beberapa pegawai terlihat sedang bekerja memasang pondasi menggunakan mesin bore pile mini crane. Sedangkan pegawai lainnya sedang meratakan permukaan tanah menggunakan excavator.
Baca juga: Soal Pembangunan IKN, Eks Wamenlu: Jangan Dikaitkan Politik, Ambisius, dan Ketergantungan Pihak Lain
Sebelumnya, video seorang pria yang menyebut dirinya "Om Bule" sedang mengkritik pembangunan IKN viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah akun TikTok @maxi_masker, terlihat seorang pria bertampang bule mengenakan kaos berwarna biru dan topi putih berdiri di sebuah wilayah yang sedang dalam pembangunan.
Bule tersebut mengaku dirinya sedang di IKN. Ia menyebut kepanjangan IKN sebagai "ibu kota koruptor nepotisme".
“Halo Om Bule lovers, saya lagi ada di IKN, Ibu Kota Koruptor Nepotisme. Di sini kita lihat bangunannya IKN, Ibu Kota Koruptor dan Nepotisme,” ucapnya.
Dalam video itu, pria tersebut juga menyinggung soal ketimpangan masyarakat. Ia menyebut, tengah dilakukan pembangunan rumah-rumah pejabat di kawasan IKN.
Sementara, proyek bangunan bertingkat disebut mangkrak. Disebutkan pula bahwa terjadi krisis air di wilayah tersebut sampai air harus dibawa dari Jakarta.
“Berhubung di sini tidak ada air, dan susah sekali untuk mandi, maka pipa-pipa ini didatangkan dari Jakarta, pipa-pipa akan dipasang sepanjang sini ya,” kata pria tersebut.
“Di sana akan ada hotel, di situ akan ada rumah-rumah, dan kalian mungkin akan tinggal di sini aja (sambil menunjuk sebuah lokasi sempit di pojokan). Nanti dibikin kayak gubuk untuk rakyat jelata, tapi kalo pejabat ya di sana, gunung sudah dikeruk,” imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.