Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Husen Mony
Dosen

Mengajar Komunikasi Politik & Jurnalistik/Penulis

Menanti Ramuan Komunikasi Kepemimpinan Prabowo dalam Perumusan Kabinet

Kompas.com - 22/04/2024, 15:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Muncul isu bahwa Partai Nasdem akan mendapatkan jatah beberapa kursi menteri. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga diisukan akan peroleh kuota tertentu jika bergabung dengan Prabowo – Gibran.

Dari dua persoalan yang saya jabarkan di atas, publik tentu menunggu jalan keluar, terutama dari Prabowo Subinto, sebagai presiden terpilih.

Sebab, apapun jalan keluar yang diambil Prabowo, akan sangat menentukan jalannya pemerintahan lima tahun ke depan. Dalam hal ini, pilihan-pilihan tersebut akan sangat berkaitan dengan soliditas partai koalisi yang ujungnya terkait juga dengan efektifitas penyelenggaran pemerintahan.

Melibatkan Jokowi

Sebenarnya, jika mencermati dinamika komunikasi politik Prabowo pada beberapa minggu belakangan ini, terlihat bahwa dia sudah mengupayakan jalan keluar atas persoalan yang ada. Hal ini dapat kita jejaki dari pernyataan-pernyataannya melalui media massa.

Terkait penentuan kabinet misalnya, Probowo berkeinginan melibatkan Presiden Jokowi.
Meski belum jelas, pelibatan Jokowi tersebut sampai sebatas mana; apakah menyangkut penentuan bentuk atau format koalisi? Jumlah kursi menteri bagi masing-masing partai koalisi? Atau penentuan figur mana yang cocok untuk menduduki posisi menteri apa?

Pelibatan Jokowi mengingat pengalamannya selama sepuluh tahun terakhir sebagai presiden. Sampai sejauh ini belum terjelaskan kepada publik.

Pilihan Prabowo untuk melibatkan Jokowi dalam hal penyusunan kabinetnya, alih-alih meredam suara-suara sumbang dari berbagai pihak, yang terjadi malah memunculkan polemik baru.

Banyak pengamat, analis politik dan komunikasi politik memandang langkah demikian menjadikan kabinet Prabowo tidak otentik.

Bagi saya sendiri, pilihan Prabowo tersebut akan memunculkan sejumlah persoalan. Pertama, akan muncul rasa cemburu dari partai koalisi, terutama dari ketua umum partainya.

Mungkin saat ini belum ditunjukan, tapi nanti setelah Jokowi lengser, perasaan itu akan menyeruak secara terang-terangan ke publik. Belum apa-apa, Andi Arief sudah menolak ide menjadikan Jokowi sebagai pemimpin koalisi.

Kedua, loyalitas menteri akan terbagi dua. Para menteri yang dipilih atau ditentukan oleh Prabowo, mungkin akan loyal kepadanya. Namun menteri yang direkomendasikan Jokowi, belum tentu akan loyal kepada Prabowo.

Bisa saja, loyalitasnya ditunjukan lebih kepada Jokowi, melalui wakil presiden, Gibran Rakabumung Raka.

Cerita tentang dualitas loyalitas menteri pernah kita dengar terjadi pada saat pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla. Saat itu, beberapa menteri ternyata lebih mengikuti perintah Jusuf Kalla, ketimbang Presiden Jokowi.

Ketiga, adanya dualitas loyalitas tersebut, tentu saja akan memberikan kesan ke publik bahwa ada matahari kembar dalam pemerintahan berjalan. Apalagi, jika dualitas loyalitas para menteri tersebut, oleh para menteri, ditunjukan secara terbuka kepada publik.

Hal ini tentu saja akan memiliki efek domino terhadap, misalnya kurangnya kepercayaan investor kepada pemerintahan Prabowo, kinerja kelembagaan dalam kementerian, percepatan atau bahkan suksesi program-program Prabowo-Gibran.

Komunikasi dalam kepemimpinan

Secara normatif, penentuan jumlah, posisi, serta orang yang akan menduduki jabatan menteri tertentu, memang menjadi hak prerogatif presiden.

Meski demikian, jika presiden terpilih tidak mengelola berbagai kepentingan yang ada secara baik, akan berakibat buruk bagi pemerintahannya.

Tentu soliditas koalisi dipertaruhkan karena ada partai yang merasa dianak tirikan, sementara yang lain seolah dianak emaskan.

Terlebih jika partai-partai yang baru bergabung nantinya, ternyata memperoleh jatah kursi yang sama atau bahkan melebihi partai yang sudah sejak awal tergabung dalam koalisi saat mengusung Prabowo-Gibran.

Permasalahan soliditas partai koalisi ini tentu saja akan berdampak pada efektifitas kerja pemerintahan. Kerja-kerja eksekutif akan terganggu karena mereka saling gontok-gontokan di dalam.

Lebih bermasalah lagi ketika program dan kebijakan eksekutif mendapatkan pertentangan atau bahkan penolakan di DPR.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com