Ekspor migas dan nonmigas juga mengalami penurunan dengan masing-masing sebesar 3,64 persen (MoM) dan 5,17 persen (MoM).
Pelemahan kinerja ekspor terjadi di seluruh sektor pada Juni 2023.
Baca juga: Kemendag Bakal Keluarkan Izin Ekspor Tembaga Freeport Pekan Ini
Sektor pertambangan menjadi sektor yang mengalami penurunan terdalam sebesar 15,30 persen (MoM), disusul sektor pertanian sebesar 7,89 persen (MoM), dan sektor industri pengolahan 2,24 persen (MoM).
Penurunan ekspor disebabkan turunnya harga beberapa komoditas unggulan Indonesia di pasar global, di antaranya batu bara turun 6,78 persen, crude palm oil (CPO) turun 3,90 persen, karet turun 1,52 persen, aluminium turun 1,58 persen, dan nikel turun 1,19 persen.
Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami penurunan terdalam pada Juni 2023, antara lain logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) turun 41,41 persen, nikel dan barang dan produk-produk sejenis (HS 75) turun 41,33 persen, bijih, terak, dan abu logam (HS 26) turun 34,64 persen, pulp dari kayu (HS 47) turun 26,31 persen, serta tembaga dan barang sejenisnya (HS 74) turun 21,28 persen MoM.
Di tengah pelemahan ekspor bulan Juni 2023, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan.
Produk-produk itu di antaranya bahan kimia anorganik (HS 28) yang naik 61,58 persen, lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) naik 43,68 persen, ampas/sisa industri makanan (HS 23) naik 41,90 persen, pakaian dan aksesorisnya (rajutan) (HS 61) naik 11,65 persen, serta besi dan baja (HS 72) naik 7,36 persen MoM.
Baca juga: Soal Ekspor Pasir Laut, Kemendag: Sampai Sekarang Masih Dilarang!
Zulhas mengatakan, ekspor nonmigas Indonesia pada Juni 2023 menunjukkan penurunan pada sebagian besar negara mitra dagang utama.
Kontraksi ekspor nonmigas Indonesia terdalam secara bulanan (MoM) terjadi ke Inggris yang turun 43,76 persen, Jerman turun 40,79 persen, Turki turun 21,86 persen, Thailand turun 21,38 persen, serta Belgia turun 20,26 persen.
Kondisi itu sejalan dengan tren permintaan dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia yang menurun terhadap pasar global.
Berdasarkan data Tradingeconomics (Juli 2023), tren impor China periode Januari 2022-Juni 2023 menunjukkan penurunan sebesar 0,43 persen, India turun 0,56 persen, Pakistan turun 0,55 persen, Vietnam turun 0,70 persen, dan Korea Selatan turun 1,25 persen.
Ditinjau dari kawasan, pelemahan ekspor terbesar terjadi di beberapa kawasan seperti Eropa Utara yang turun 45,11 persen, Eropa Timur turun 44,31 persen, dan Karibia turun 21,49 persen (MoM).
Baca juga: Promosikan Perhiasan Mutiara dan Perak di India, Kemendag Gandeng Anak Muda
Di tengah pelemahan ekspor Indonesia ke mayoritas kawasan, beberapa kawasan tujuan ekspor justru mengalami pertumbuhan signifikan, di antaranya Asia Tengah yang naik 139,17 persen, Afrika Selatan naik 115,01 persen, Amerika Tengah naik 81,54 persen, Asia Selatan naik 13,42 persen, dan Asia Barat naik 11,35 persen (MoM).
“Hal itu menunjukkan pasar nontradisional merupakan pasar yang potensial bagi perluasan dan pengembangan ekspor nonmigas Indonesia di tengah perlambatan perekonomian global,” jelas Zulhas.
Secara kumulatif, ekspor selama semester I-2023 mencapai 128,66 miliar dollar AS atau turun 8,86 persen jika dibandingkan pada 2022, yaitu sebesar 141,17 miliar dollar AS (YoY).