Wacana Cak Imin-Anies
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengatakan, gagasan untuk memasangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Cak Imin sampai saat ini masih sebatas wacana.
Menurut dia, unggahan di akun Instagram-nya terkait gambar Anies dan Cak Imin dengan slogan "Bersatu untuk Umat, Capres-Cawapres 2024" dibuat oleh kiai muda NU yang identitasnya tidak disampaikan.
Menurut wakil ketua MPR itu, partainya masih menjajaki kemungkinan sosok lain yang akan dipasangkan dengan Ketua Umum PKB di pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) mendatang.
Baca juga: Cak Imin Ungkap Syarat PKB Gabung KIB: Capresnya Saya
Selain Anies, ujar dia, ada nama-nama lain yang bisa diusung sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Muhaimin Iskandar. Antara lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian hingga Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
"Ini kan semuanya lirik-lirikan semua, Bu Sri bisa masuk, Pak Tito juga bisa, Pak Andika juga bisa semua bisa, PKB tidak menutup aspirasi yang berkembang termasuk juga pak Anies kan ada usulannya, kita apresiasi," ujar Jazilul.
Kurang laku
Sejumlah pengamat politik memperkirakan meski Cak Imin terus bergerilya guna menaikkan elektabilitas, sosoknya dinilai tetap kurang laku di mata masyarakat.
Walau Cak Imin kerap tampil dengan gaya berpolitik yang penuh guyonan, ternyata tetap belum mampu menarik perhatian masyarakat.
"Elektabilitas Cak Imin juga tidak beranjak dari survei berbagai lembaga survei yakni di luar 5 besar dan berada di jajaran capres dengan elektabilitas dua koma," kata pengamat politik dari Nusakom Pratama Institute Ari Junaedi saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/6/2022).
Selain itu, hubungan PKB dan Nahdlatul Ulama saat ini dilaporkan sedang tidak baik. Hal itu bisa merugikan karena PKB selama ini mendapat dukungan politik dari para warga Nahdliyin.
Baca juga: Gus Yahya Tunggu Bukti Klaim Cak Imin Didukung NU untuk Jadi Capres
Sinyal persoalan dalam hubungan PKB dan NU itu terlihat dari pernyataan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya meminta semua partai tak menggunakan Nahdlatul Ulama (NU) menjadi senjata berkompetisi politik.
“Jadi NU itu seluruh bangsa dan ndak (tidak) boleh digunakan sebagai senjata untuk kompetisi politik. Karena kalau kita biarkan terus-terus begini, ini tidak sehat,” kata Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta, 23 Mei 2022.
Ia juga mengingatkan supaya dalam praktiknya tidak menggunakan politik identitas agama, termasuk NU.
“Tidak boleh mengeksploitasi identitas NU untuk politik, tidak. NU ini selalu untuk bangsa,” ujar Gus Yahya.