Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lirikan Mata Megawati Saat Jokowi Bicara soal Kemungkinan Beda Pilihan Politik...

Kompas.com - 09/06/2022, 06:15 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri melirikkan matanya ke Presiden Joko Widodo saat keduanya diwawancara sejumlah awak media.

Rabu (8/6/2022) sore, Megawati dan Jokowi sama-sama hadir dalam acara peresmian Masjid At Taufik di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Usai acara tersebut, Mega dan Jokowi berbincang dengan para wartawan.

Kepada Jokowi, sejumlah pewarta bertanya kemungkinan perbedaan pilihan politik antara dirinya dan Megawati di pemilu mendatang. 

Mendengar itu, presiden hanya tersenyum. Dia tak memberikan jawaban tegas.

Ketika itulah, Megawati terlihat melirikkan matanya ke mantan Wali Kota Solo itu.

"Ini tanyanya aneh-aneh saja," kata Jokowi sambil terus tersenyum.

Baca juga: Soal Hubungan dengan Megawati, Jokowi: Siapa Bilang Renggang?

Jokowi lantas menampik kabar yang menyebutkan hubungannya dengan Megawati renggang. Kepala negara mengaku, dirinya dengan Megawati sudah seperti keluarga, layaknya anak dengan ibu.

"Siapa bilang renggang? Saya dengan Ibu Megawati sudah seperti keluarga besar. Jelas, kan?," ujar Jokowi.

Kendati begitu, sewajarnya hubungan anak dan ibunya, perbedaan pendapat mungkin saja terjadi.

"Bahwa dalam perjalanan anak kadang ada yang bandel. Ada yang nakal, biasa. Itu wajar. Jangan ditarik ke mana-mana," tuturnya.

Baca juga: Jokowi: Ibu Mega Seperti Ibu Saya Sendiri, Saya Sangat Menghormati Beliau

Megawati buka suara

Dalam kesempatan yang sama, Megawati juga angkat bicara soal isu kerenggangan hubungannya dengan Jokowi. Dia menegaskan bahwa dirinya dan Jokowi sudah seperti keluarga.

"Ini ada pak Jokowi, ada Ibu (Iriana Joko Widodo), bahwa dari dulu kami ya dari dulu kekeluargaan," kata presiden kelima RI itu.

Megawati tak menjawab lebih lanjut pertanyaan awak media terkait ini. Dia justru menceramahi wartawan dan meminta para pewarta tidak menggoreng-goreng isu.

"Kalau mau istilahnya kan goreng-goreng ya itu kan begitulah," ujarnya.

Putri Presiden pertama RI Soekarno itu juga mengingatkan bahwa wartawan seharusnya memiliki kode etik jurnalistik. Dia bahkan membandingkan wartawan saat ini dengan era Orde Lama.

"Menurut saya, terutama adik-adik, jangan kalah dengan wartawan dulu jaman ayah saya. Meskipun ada perbedaan, tetapi selalu melalui kde etik jurnalistik," kata Megawati.

Baca juga: Megawati dan Jokowi dalam Pusaran Isu Kerenggangan: Berawal dari Ganjar, Dibantah PDI-P

Ditegaskan sekjen

Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto pun menegaskan bahwa hubungan Megawati dengan Jokowi baik-baik saja.

Selain hal itu telah ditegaskan Megawati dan Jokowi sendiri, kata Hasto, keduanya kerap mengadakan pertemuan secara berkala.

"Dan presiden sendiri mengatakan hubunganya dengan Ibu Mega kan hubungan batin," kata Hasto ditemui di Masjid At-Taufiq, Jakarta Selatan, Rabu (8/6/2022).

Sebagaimana yang disampaikan presiden, Hasto mengatakan, hubungan Jokowi dan Megawati layaknya ibu dan anak. Hubungan tersebut cukup dalam dan penuh suasana kebatinan.

Baca juga: PDI-P Tegaskan Hubungan Jokowi-Megawati Baik-baik Saja

Sehari sebelum bertemu dalam acara peresmian Masjid At-Taufiq pun, Jokowi dan Megawati sempat berjumpa di Istana Negara, Jakarta.

"Ya sinyalnya baik-baik saja. Tadi kita lihat, kemarin juga pertemuannya berlangsung baik," ucap Hasto.

Awal mula isu

Kabar kerenggangan Jokowi dan Megawati bermula ketika presiden diisukan memberikan dukungan untuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mencalonkan diri di Pemilu Presiden 2024.

Spekulasi ini muncul setelah kepala negara berpidato dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Pro Jokowi (Projo) di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022). Pada acara tersebut hadir sejumlah tokoh, salah satunya Ganjar.

Dalam pidatonya, Jokowi bilang, jangan terburu-buru perihal politik 2024. Ia meminta organisasi relawan pendukungnya bersabar, sekalipun mungkin yang mereka dukung hadir di tengah-tengah Rakernas.

"Jangan tergesa-gesa, jangan tergesa-gesa. Meskipun, meskipun, mungkin yang kita dukung ada di sini," kata Jokowi.

Seketika, hadirin bersorak-sorai. Mereka bertepuk tangan, beberapa meneriakkan nama Ganjar Pranowo.

Pernyataan presiden itu pun disinyalir sebagai kode dukungan ke Ganjar.

Baca juga: Serangan-serangan Internal PDI-P untuk Ganjar, Kemajon hingga Kemlinthi

Sementara, sedari lama internal PDI-P diterpa isu rivalitas dua kader antara Ganjar Pranowo dan putri mahkota partai, Puan Maharani.

PDI-P disebut bimbang. Hendak medorong pencalonan Puan, tetapi elektabilitas putri Megawati itu mentok di kisaran 1 persen menurut survei berbagai lembaga.

Sementara Ganjar, yang notabene bukan petinggi PDI-P, menjuarai survei elektabilitas karena angkanya tembus 20 persen.

Perbedaan mendasar

Melihat ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai bahwa dalam konteks relasi personal memang tidak ada kerenggangan antara Megawati dan Jokowi.

Menurut Umam, Jokowi tidak mungkin melalukan perlawanan politik secara terbuka terhadap Megawati yang telah berjasa mengantarkannya pada tampuk kepemimpinan.

Namun, kerenggangan begitu tampak jika dikontekstualisasikan dengan cara pandang keduanya dalam memproyeksikan kepemimpinan nasional setelah Jokowi turun tahta.

Baca juga: Erick Thohir Dinilai Jadi Cawapres Potensial Dampingi Ganjar

Jokowi, dengan sederet agenda politiknya, cenderung berpihak pada Ganjar. Sementara, Megawati tidak demikian.

"Jelas ada perbedaan mendasar di sana. Di satu sisi, Presiden Jokowi merasa nyaman secara politik untuk mengusung Ganjar Pranowo yang dinilai bisa mengamankan sejumlah agenda program," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (8/6/2022).

"Sekaligus menjaga 'keselamatan' dirinya, termasuk keselamatan anak dan menantunya, Bobby dan Gibran yang saat ini berada di pemerintahan lokal," lanjut dosen Universitas Paramadina itu.

Umam berpendapat, Jokowi dan Megawati punya cara pandang yang berbeda terhadap figur Ganjar.

Mungkin saja, oleh sejumlah elite PDI-P sosok Ganjar dinilai terlalu fokus membangun citra diri dan menomorduakan tugas kepartaian.

Selain itu, jika Ganjar maju sebagai capres dan berhasil duduk di kursi RI-1, maka, kepemimpinan trah Soekarno akan terputus.

"Inilah letak perbedaan mendasar antara Jokowi dan Megawati," kata Umam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Nasional
TNI AL Latihan Pendaratan Amfibi di Papua Barat, Libatkan 4 Kapal Perang

TNI AL Latihan Pendaratan Amfibi di Papua Barat, Libatkan 4 Kapal Perang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com