Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wawan Sobari
Dosen

Dosen bidang politik kreatif;  Ketua Program Studi Magister Ilmu Sosial FISIP Universitas Brawijaya, Malang.

Tantangan Politik Elektoral Milenial

Kompas.com - 25/02/2022, 10:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perkembangan demokrasi yang bertumpu pada kekuatan negara justru berisiko membuka jalan oligarki bekerja.

Secara bersamaan, para pemilih muda sulit menuntut akuntabilitas pemerintah terpilih dalam kontrol kekuatan oligarkis.

Jebakan narasi

Perbedaan tajam antara milenial dan non-milenial nampak dalam konsumsi dan aktivitas media sosial dan daring.

Survei CSIS mengungkap milenial lebih mempunyai akses dan nyaman terhadap media sosial. Juga, 54,3 persen milenial setiap hari membaca media daring. Akses media itu jauh lebih besar dari non-milenial (11,9 persen).

Survei Indikator menemukan anak muda cukup terlibat dalam isu-isu politik secara daring.

Setali tiga uang, survei Indopol mencatat mayoritas anak muda (54,72 persen) mengutip media daring sebagai sumber informasi.

Keakraban kaum muda dengan media daring dan sosial sejalan dengan arah politik masa depan yang dipengaruhi sistem digital.

Namun, perilaku konsumsi media itu bukan tanpa risiko. Berita yang dibaca, dibagikan, dan dipersepsi tidak lepas dari praktik konstruksi.

Ada kemungkinan upaya-upaya sengaja membingkai realitas politik yang menguntungkan kekuatan tertentu.

Oligarki dengan kekuatan materilnya mampu membangun narasi yang bisa memecah kekuatan politik elektoral milenial.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran, karena bisa menggiring perilaku memilih yang mengandalkan narasi manipulatif.

Revisi teori perilaku memilih menjelaskan suara individu saat pemilu tak lagi mengikuti keputusan rasional objektif.

Para pemilih justru mengikuti pilihan informasi, menyederhanakan pengambilan keputusan, lalu mencari pembenaran (keputusan pilihan) tanpa membandingkan beragam opsi kandidat/partai (Gabriel, 2020).

Jebakan narasi yang beredar dalam media daring dan sosial menjadi tantangan lain yang harus dihadapi milenial.

Karenanya, pandangan interaksionis atas politik elektoral milenial lebih realistis. Tidak percaya diri berlebihan, tetap mewaspadai kekuatan politik di luar milenial.

Sebagai bekal, idealisme, soliditas dan kreatifitas politik milenial merupakan alternatif terhadap lemahnya kuasa rakyat atas demokrasi dan politik oligarki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com