Saat itu, SI terbelah menjadi SI Putih dan SI Merah yang berhaluan komunisme. Haji Agus Salim menjadi motor SI Putih, sementara Musso di SI Merah.
Awalnya, Musso memulai ejekan saat ia berdiri di podium.
"Saudara saudara, orang yang berjanggut itu seperti apa?" Sontak para hadirin berteriak kambing.
Musso melanjutkan pidatonya sembari bertanya lagi mengenai orang yang berkumis mirip apa? Koor hadirin kompak menjawab, kucing.
Haji Agus Salim yang memelihara jenggot dan kumis sadar sedang menjadi sasaran “bully” Musso.
Begitu gilirannya berpidato tiba, Agus Salim tidak mau kalah.
"Saudara-saudara, orang yang tidak berkumis dan tidak berjanggut itu seperti apa?" Hadirin berteriak riuh, "Anjing”.
Agus Salim yang pernah didapuk Soekarno sebagai menteri luar negeri tersenyum puas dan melanjutkan pidatonya dengan tenang (Merdeka.com, 2 April 2014).
Nah, kali ini soal humor terbaru. Pemirsa layar kaca dan pengguna media sosial terpikat dengan gaya berani yang ditampilkan komika Kiky Saputri dalam acara Lapor Pak di salah satu stasiun televisi swasta,
Kiky terkenal dengan keahliannya berkomedi dengan cara roasting, yaitu mengejek atau mengkritik lewat humor. Penonton akan tertawa. Yang diejek atau dikritik pun tidak tersinggung karena disampaikan dengan jenaka.
Sudah banyak pejabat yang menjadi "korban" roasting-an Kiky. Politisi Partai Gerindra Fadli Zon, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusti, dan Sandiaga Uno pernah “diroasting” oleh Kiky Saputri.
Gaya lawak Rizhky Nurasli Saputri – nama asli Kiky Saputri - dalam pemahaman humor sebagai politik dan politik sebagai humor sangat bernas dan cerdas.
Bayangkan, saat mengenalkan bintang tamu dengan atribut "sosok pemimpin yang hebat dan luar biasa", Kiki menyebut nama Ahok, padahal yang hadir adalah Anies Baswedan.
Materi roasting Kiky berikutnya adalah soal cara menyapa. Menyapa orang biasa dan menyapa pejabat itu berbeda. Kalau bertemu orang biasa, kita menyapa menanyakan kabar keluarga.
Kalau menyapa pejabat, "Pak Anies, Formula E apa kabar?" kata Kiky sambil cengegesan.
Kiky tentu mengikuti perjalanan karut marut penyelenggaraan Formula E, mulai dari kontroversi lokasi penyelenggaraan, fantastisnya biaya penyelenggaraan, hingga keberatan sebagian politisi Kebon Sirih dan warga.
Kiky juga membanggakan prestasi Anies sebagai rektor termuda di tanah air dan berkat kepandaiannya diangkat Jokowi sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan nasional.
Saat Anies di-reshuflle, kata Kiky, sebenarnya Jokowi menawarkan jabatan lain kepada Anies. Namun Anies menolak. Kiki bertanya, kenapa Anies tidak menerima tawaran tawaran itu. "Kenapa Pak, enggak siap dipecat dua kali?" kata Kiky.
Kiky melanjutkan materinya. Kata Kiky, sebenarnya ia menyiapkan materi roasting-nya selama satu jam. Namun, ia tidak ingin menyelesaikan materi roastignya itu. "Biar kayak program, Bapak. Banyak yang enggak selesai." ujar Kiky.
Kesan mengangkat, membanting, bahkan menenggelamkan narasumber menjadi ciri khas Kiky di panggung. Penguasaan panggung dan daya tahan mengendalikan emosi dari nara sumber Kiky menjadi terlihat jelas oleh pemirsa.
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies kerap menghindari wartawan. Apalagi sejak penyelenggaran Formula-E menuai kontroversi.
Namun, melalui panggung "Lapor Pak", Anies menunjukkan bahwa ia sosok yang tidak anti kritik.
Anies juga bisa mengendalikan emosinya. Ia tersenyum lebar menanggapi setiap celetukan Kiky.
Anies malah mengaku beruntung memakai baju dinas pemadam kebakaran selama acara berlangsung karena membuat suasana menjadi adem saat roasting berlangsung.
Sepertinya Anies berhasil mengubah image dirinya, dari sosok antagonis menjadi peribadi yang bisa menerima kritik bahkan humor yang menohok.
Sebaliknya, pihak yang berseberangan dengan Anies memandang apa yang dinyatakan Kiky adalah wajah Jakarta di masa kepemimpinan Anies.