Salin Artikel

Humor Politik dan Politik Humor ala Anies Baswedan dan Kiky Saputri

Saat peluru meriam dan tembakan bedil tidak mampu mengalahkan musuh
Saat kritik tajam dan kritik halus tidak ditanggapi rezim
Saat demonstrasi tak lagi menjadi alat penekan
Saat itulah humor menjadi pengingat

LARIK-larik kalimat ini saya tulis spontan untuk menggambarkan betapa pentingnya humor dihadirkan dalam ruang politik yang pengap.

Ketika wajah politik menjadi kasar tanpa kompromi, bisa jadi humor merupakan ruang katarsis yang ampuh.

Selain soal kemampuan mengolah kata dan gestur yang menimbulkan kelucuan, humor efektif melenturkan perbedaan tajam di antara pihak yang berkonflik.

Brian Mc Nair (2011) menyebut, dalam komunikasi publik ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk menghasilkan respons positif dari audiens.

Dengan kata lain, ada contoh-contoh komunikasi politik yang “baik” dan “buruk” jika dinilai dengan kriteria estetik.

Humor Indonesia dari masa ke masa

Kedigdayaan Soeharto yang selama 31 tahun menjadi presiden tidak terusik, suatu saat “luluh” saat penceramah yang diundang Istana, KH Zainuddin MZ, membuat “joke” yang menyentil Soeharto.

Dai sejuta umat itu mampu menghadirkan kritik dalam bentuk humor dalam kotbahnya tanpa si penerima kritik merasa terkritik. 

Selama Soeharto memimpin “daripada” Indonesia, pelawak-pelawak kita lebih mengekspolitasi tubuh untuk menghadirkan kelucuan ketimbang bermain kata-kata untuk menyentil kondisi sosial politik terkini. Pilihan itu diambil mungkin karena Orde Baru sangat alergi terhadap kritik. 

Grup lawak Srimulat sangat jago menghadirkan kelucuan dengan eksploitasi tubuh. Gepeng yang yang memakai bedak, Tessy yang berdandan ala perempuan, Asmuni yang menarik kursi Tarzan hingga jatuh, dan lain-lain mampu membuat penonton terbahak.

Ini adalah cara melawak yang aman. Pasti lolos tampil karena tidak menyinggung stabilitas politik.

Grup lawak Warkop yang awalnya bermain kata-kata dan menyentil sana-sini saat tampil di Radio Prambors di awal karier mereka, mengubah gayanya menjadi mengeksploitasi tubuh di film-film mereka.

Mimik wajah jenaka dan tubuh perempuan adalah salah satu resep kelucuan film-film Warkop. Kalau pun ada "kata-kata", biasanya menyinggung satirnya kehidupan di masa itu.

Saya yakin materi-materi lawakan mereka sebetulnya ingin menertawakan keadaan yang terjadi pada saat itu tetapi tentu harus disesuaikan dengan selera penguasa.

Pemain ludruk legendaris Kartolo kerap memasukkan lirik “bekupon omahe dhoro, melu nippon tambah sengsoro”. Artinya, kandang kecil rumahnya burung merpati, ikut penjajah Jepang tambah sengsara.

Kata-kata itu menjadi adegan pembuka ludruk di RRI dan TVRI di periode 1970–1980. Penonton kerap memaknai ucapan itu dengan makna beragam. Ada yang menganggap, hidup di masa Soeharto tambah susah dan sengasara.

Satu dekade terakhir, kelucuan-kelucuan hadir dalam sosok para stand up comedy yang mampu mengemas kata dan membalikkan logika. 

Ir Lies Hartono alias Cak Lontong menjadi populer karena salam lontongnya kerap menertawakan kondisi terkini tanpa membuat pihak-pihak yang dijadikan bahan lawakannya tersinggung.

Brazil, Italia, Jerman boleh kampiun di bidang sepakbola karena mereka bertiga bergantian menjadi juara Piala Dunia, kata Cak Lontong.

Faktanya, tidak satupun dari tiga negara ini bisa mengalahkan PSSI karena kenyataannya memang PSSI tidak pernah berjumpa di laga kompetisi internasional.

Agar prestasi PSSI tidak pernah kalah dari Brazil, Italia dan Jerman, menurut Cak Lontong, cegah PSSI untuk bertanding.

Demikian juga dengan Butet Kartaredjasa yang mendahului era Cak Lontong. Ia sudah memelopori gaya humor yang menirukan gaya bicara semua presiden. Monolog Butet sarat dengan kritik berani dan menohok jantung kekuasaan.

Ketika butet menirukan gaya bicara Soeharto, penonton merasa era kekuasaan yang koersif kembali hadir. Saat Butet menjadi Habibie, kita melihat kejeniusan ternyata mengandung canda.

Demikian juga ketegasan ala SBY dimainkan Butet dengan humor tingkat tinggi. Ketika Butet memainkan peran sebagai Gus Dur, para pendukung Andurrahman Wahid atau Gus Durian juga tidak tersinggung.

Gaya Butet terbilang cerdas. Sekat antara humor dan politik menjadi begitu tipis.

Sejarah mencatat, dalam sebuah rapat Sarekat Islam (SI), Haji Agus Salim saling ejek dengan Musso tokoh SI yang belakangan menjadi petinggi di Partai Komunis Indonesia.

Saat itu, SI terbelah menjadi SI Putih dan SI Merah yang berhaluan komunisme. Haji Agus Salim menjadi motor SI Putih, sementara Musso di SI Merah.

Awalnya, Musso memulai ejekan saat ia berdiri di podium.

"Saudara saudara, orang yang berjanggut itu seperti apa?" Sontak para hadirin berteriak kambing.

Musso melanjutkan pidatonya sembari bertanya lagi mengenai orang yang berkumis mirip apa? Koor hadirin kompak menjawab, kucing.

Haji Agus Salim yang memelihara jenggot dan kumis sadar sedang menjadi sasaran “bully” Musso.

Begitu gilirannya berpidato tiba, Agus Salim tidak mau kalah.

"Saudara-saudara, orang yang tidak berkumis dan tidak berjanggut itu seperti apa?" Hadirin berteriak riuh, "Anjing”.

Agus Salim yang pernah didapuk Soekarno sebagai menteri luar negeri tersenyum puas dan melanjutkan pidatonya dengan tenang (Merdeka.com, 2 April 2014).

Ketika Anies dipanggil Ahok

Nah, kali ini soal humor terbaru. Pemirsa layar kaca dan pengguna media sosial terpikat dengan gaya berani yang ditampilkan komika Kiky Saputri dalam acara Lapor Pak di salah satu stasiun televisi swasta, 

Kiky terkenal dengan keahliannya berkomedi dengan cara roasting, yaitu mengejek atau mengkritik lewat humor. Penonton akan tertawa. Yang diejek atau dikritik pun tidak tersinggung karena disampaikan dengan jenaka.

Sudah banyak pejabat yang menjadi "korban" roasting-an Kiky. Politisi Partai Gerindra Fadli Zon, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusti, dan Sandiaga Uno pernah “diroasting” oleh Kiky Saputri.

Gaya lawak Rizhky Nurasli Saputri – nama asli Kiky Saputri - dalam pemahaman humor sebagai politik dan politik sebagai humor sangat bernas dan cerdas.

Bayangkan, saat mengenalkan bintang tamu dengan atribut "sosok pemimpin yang hebat dan luar biasa", Kiki menyebut nama Ahok, padahal yang hadir adalah Anies Baswedan.

Materi roasting Kiky berikutnya adalah soal cara menyapa. Menyapa orang biasa dan menyapa pejabat itu berbeda. Kalau bertemu orang biasa, kita menyapa menanyakan kabar keluarga. 

Kalau menyapa pejabat, "Pak Anies, Formula E apa kabar?" kata Kiky sambil cengegesan.  

Kiky tentu mengikuti perjalanan karut marut penyelenggaraan Formula E, mulai dari kontroversi lokasi penyelenggaraan, fantastisnya biaya penyelenggaraan, hingga keberatan sebagian politisi Kebon Sirih dan warga.

Kiky juga membanggakan prestasi Anies sebagai rektor termuda di tanah air dan berkat kepandaiannya diangkat Jokowi sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan nasional.

Saat Anies di-reshuflle, kata Kiky, sebenarnya Jokowi menawarkan jabatan lain kepada Anies. Namun Anies menolak. Kiki bertanya, kenapa Anies tidak menerima tawaran tawaran itu. "Kenapa Pak, enggak siap dipecat dua kali?" kata Kiky.

Kiky melanjutkan materinya. Kata Kiky, sebenarnya ia menyiapkan materi roasting-nya selama satu jam. Namun, ia tidak ingin menyelesaikan materi roastignya itu. "Biar kayak program, Bapak. Banyak yang enggak selesai." ujar Kiky. 

Kesan mengangkat, membanting, bahkan menenggelamkan narasumber menjadi ciri khas Kiky di panggung. Penguasaan panggung dan daya tahan mengendalikan emosi dari nara sumber Kiky menjadi terlihat jelas oleh pemirsa.

Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies kerap menghindari wartawan. Apalagi sejak penyelenggaran Formula-E menuai kontroversi.

Namun, melalui panggung "Lapor Pak", Anies menunjukkan bahwa ia sosok yang tidak anti kritik.

Anies juga bisa mengendalikan emosinya. Ia tersenyum lebar menanggapi setiap celetukan Kiky.

Anies malah mengaku beruntung memakai baju dinas pemadam kebakaran selama acara berlangsung karena membuat suasana menjadi adem saat roasting berlangsung.

Sepertinya Anies berhasil mengubah image dirinya, dari sosok antagonis menjadi peribadi yang bisa menerima kritik bahkan humor yang menohok.

Sebaliknya, pihak yang berseberangan dengan Anies memandang apa yang dinyatakan Kiky adalah wajah Jakarta di masa kepemimpinan Anies.

Sekali lagi, di sinilah kekuatan humor yang sebenarnya. Yang dikritik menjadi terpingkal sedangkan publik yang melihat merasa terwakili dengan segala uneg-unegnya.

Humor menjadi oase pelepasan kritik yang selama ini dirasakan publik. Dan di dekade ini tercatat, humor dan politik di tanah air telah bermetamorforsis dari teman canggung menjadi aliansi yang tidak terpisahkan.

Kekuatan humor dalam politik

Harus diingat, konsumen politik di pemilihan umum mendatang begitu sesak dengan kemunculan anak muda sebagai pemilih.

Tipikal anak muda yang suka humor, plesetan, roasting, stand up comedy, dan komika yang melek politik menjadi idola pemilih milenial.

Pemilih pemula dan kaum milineal sangat antipati dengan kehadiran tokoh yang jutek, tidak bisa santuy, dan pemarah.

Harus ada kesegaran, kebaruan, dan up to date dalam isu-isu di media sosial dalam sosok yang diidolakan milenial.

Momentum seperti inilah yang berhasil ditangkap oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sehingga setiap penampilan mereka di media sosial selalu mengundang “like”.

Barack Obama yang paham dengan kekuatan humor dalam politik menggaet komedian Zach Galifianakis untuk membuat talk show. Zach telah memenangkan penghargaan Emmy untuk parodi Between Two Fems.

Tentu saja topik yang dibahas dalam rangkaian kampanye Pilpres AS di tahun 2014 itu adalah program unggulan Obama di bidang asuransi kesehatan Obamacare.

Sasaran acara ini jelas yakni kawula muda yang tidak mengenal manfaat asuransi. Alhasil, selama dua periode, Obama sukses menjadi Presiden AS yang digandrungi anak muda. Obama juga mudah tertawa dan ditertawakan oleh audiensnya.

Lebih ekstrem lagi, komedian yang juga bintang serial televisi Volodymyr Zelensky berhasil mengalahkan presiden petahana Petro Poroshenko di Pilpres Ukraina pada 2019.

Narasi humor yang dibangun Zelensky dan pendukungnya berhasil meyakinkan rakyat Ukraina yang begitu lama terbelenggu dalam rezim otoriter Uni Soviet.

Pelawak-pelawak kita juga bisa sukses terpilih menjadi anggota DPR. Nama komedian Eko Patrio sampai sekarang masih tercatat sebagai anggota Dewan untuk periode ketiganya.

Sementara Tubagus Dedi Suwendi Gumelar atau lebih dikenal dengan Miing Bagito dan Nurul Qomar hanya sempat menjadi anggota parlemen selama satu periode.

Di tanah air sendiri, ketegangan antar politisi dan partai politik sangat tinggi karena mayoritas politisi kita cenderung berkomunikasi dengan konteks tinggi. Tidak terbiasa menyelesaikan konflik secara bertatap muka apalagi santuy. 

Galibnya, para politisi kita tidak terbiasa untuk berbeda pendapat dan mengelola konflik yang terjadi secara elegan dan memunculkan konsensus.

Bukankah politik itu adalah seni membuka ruang-ruang kompromi baru yang bisa diterima banyak pihak?

Humor dalam politik bisa dilakukan untuk membuat konsensus terjadi dalam canda dan tawa, melupakan perbedaan yang frontal.

Mendiang Gus Dur kerap berujar, ”Gitu aja kok repot” untuk menanggapi setiap persoalan yang dianggap pelik oleh banyak orang.

Politik adalah kegembiraan, bukan permusuhan yang terus menerus dipertahankan dengan abadi.

Semoga segregasi politik yang pernah terjadi di Pilpres 2014 dan 2019 tidak terjadi lagi di Pilpres 2024.

Humor harusnya meniadakan kampret, cebong, kadrun dan sejenisnya.

Mari kita tertawakan politisi kita sebelum politisi melupakan kita. Mari kita puaskan roasting politisi, sebelum politisi sibuk memikirkan dirinya sendiri dan partainya.

https://nasional.kompas.com/read/2021/11/12/12021101/humor-politik-dan-politik-humor-ala-anies-baswedan-dan-kiky-saputri

Terkini Lainnya

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke