Kisi-kisi keempat, seiring bergulir kembalinya aktivitas ekonomi maka masyarakat juga harus menerapkan gaya hidup yang baru atau new normal.
New normal yang dimaksud antara lain tetap mempraktikan social distancing dengan jarak interaksi minimal 1 meter dan selalu menggunakan masker saat di luar rumah.
"Ini catatan sehingga ada pemahaman bahwa harus biasakan diri hidup bersama virus yang selalu mengancam kita hingga vaksin ditemukan," kata Ikram.
Baca juga: Pemerintah Diminta Beri Insentif Ekonomi untuk Topang Industri Pers dalam Pandemi Covid-19
Kelima, Ikram mengingatkan harus ada kesepahaman dari semua pihak dalam mengedukasi dan menyosialisasi pengawasan protokol kesehatan.
"Harus senada dalam memerangi Covid-19 dan tentunya tidak mempolitisasi Covid-19 ini umtuk kepentingan karena ini pure adalah problem kemanusiaan sehingga kita dapat menghindari tambahan jumlah kasus baru," kata Ikram.
Sebelumnya, pakar epidemiologi dari Universitas Padjajaran, Panji Fortuna Hadisoemarto, meragukan akurasi skenario pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 yang dikaji Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian.
Baca juga: Pakar Epidemiologi Ragukan Skenario Pembukaan Ekonomi Pascapandemi
Hal itu diungkapkannya menyusul adanya kajian awal dengan membuka kembali operasional industri dan jasa bisnis ke bisnis (B2B) pada 1 Juni 2020 sebagai fase pertama.
"Menurut saya belum waktunya. Karena begini, kita masih punya status aktif di luar sana, maka kita masih punya sumber penularan yang banyak," ujar Panji dalam konferensi pers Koalisi Warga untuk Covid-19, Senin (11/5/2020).
Menurut Panji, fakta saat ini bahwa masih banyak terjadi penularan yang dialami orang rentan.
Sebaliknya, kondisi tersebut akan semakin beresiko apabila pemerintah memaksa membuka kembali roda ekonomi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.