Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konten Tak Mendidik Langgeng di Program HIburan TV, Ini Kata KPI

Kompas.com - 29/05/2019, 14:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.comProgram-program hiburan di berbagai stasiun televisi sebagian masih berisi konten-konten yang sifatnya ekploitatif.

Misalnya, hiburan yang menampilkan gimik drama, caci-maki, menertawakan kelemahan orang lain, memanfaatkan ketakutan orang lain sebagai bahan komedi, dan sebagainya.

Konten-konten semacam ini tidak hanya terlihat waktu-waktu tertentu, melainkan sepanjang tahun. Hal-hal yang sifatnya tidak mendidik tersebut rupanya menjadi masalah program-program televisi saat ini.

Komisioner KPI bidang Isi Siaran Nuning Rodiyah menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan konten atau muatan program televisi yang tidak mendidik bertahan dan seolah-olah membudaya.

Baca juga: KPI Tegur Comedy Traveler karena Tayangkan Adegan Ciuman Bibir

Berikut paparannya:

Persaingan industri

Tidak bisa dipungkiri, pertumbuhan media penyiaran, khususnya televisi, saat ini begitu pesat. Jumlah saluran televisi saat ini sudah lebih banyak jika dibandingkan dengan 10 atau 15 tahun lalu.

Hal itu tentu memiliki implikasi secara langsung kepada para pelakunya. Mereka akan bersaing untuk menarik minat audiens menyaksikan program yang diproduksi.

"Persaingan industri merebut penonton, karena data kepemirsaan menunjukkan tren meningkat apabila konten mengandung unsur yang 'eksploitatif' sehingga (media) akan berlomba-lomba membuat tren semisal,' kata Nuning.

Rating dan share

Indikator bisnis media dapat diketahui dari tingginya angka rating dan share yang mereka dapatkan. Angka ini akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya pengiklan yang memasukkan produknya di program mereka.

Iklan ini menjadi salah satu pemasok uang terbesar bagi media. Jadi, tidak mengherankan apabila media televisi dalam hal ini berlomba membuat program yang menarik sehingga angka rating dan share mereka tinggi.

"Perebutan rating dan share ini semakin kecil average pembagiannya, karena makin banyaknya jumlah televisi sehingga semakin sedikit peluang menghadirkan program siaran alternative. Idealnya semakin banyak TV semakin banyak pilihan program siaran yang ditonton," kata Nuning.

Baca juga: KPI Minta Stasiun Televisi Stop Penayangan Iklan Hago, Ini Alasannya

Menuruti pasar

Faktor terakhir yang juga masih berkaitan dengan faktor-faktor sebelumnya, adalah pilihan media untuk menuruti selera pasar.

Dari sekian banyak ragam pilihan program televisi, Nuning menuturkan, sebagian besar audiens menyukai program-program hiburan yang ringan, dibandingkan dengan program informatif.

"Membaca pola dan selera penonton atas program siaran yang 63 persen cenderung menyukai program hiburan dibanding program yang lainnya semisal berita, informasi, dan religi," ucapnya.

Dengan memenuhi permintaan pasar atau khalayak, maka program yang mereka buat akan mendapat angka rating dan share tinggi. Jika sudah begitu, mereka akan mendapatkan banyak pemasukan dari pengiklan yang berharap juga mendapat imbas baik dari banyaknya penonton di program tersebut.

Begitulah siklus industri media berjalan. Sayangnya, untuk mendapatkan atensi publik banyak produsen yang rela mengesampingkan nilai dan menyajikan konten yang tidak mendidik kepada khalayaknya. Ini lah yang terjadi, bahkan hingga hari ini.

Baca juga: KPI Tegur Tiga Program Sahur yang Tampilkan Goyangan dan Bullying

Bagaimana menghentikannya?

Melihat siklus dan pola-pola ini, KPI sebagai badan yang memiliki otoritas mengawasi media-media penyiaran di Indonesia melakukan beberapa langkah konkret.

Bukan hanya sekali dua kali KPI mengeluarkan sanksi, baik berupa teguran maupun skors kepada program yang membandel dan tetap menampilkan konten-konten tidak mendidik.

Selain memberikan sanksi kepada program yang terbukti melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), KPI juga mendorong peningkatan literasi media kepada khalayak.

"Maka KPI selain memberikan sanksi kepada program siaran yang melanggar P3SPS juga mendorong penguatan literasi media dalam rangka mengubah selera penonton televisi," ujarnya.

Tidak hanya khalayak, pengiklan sebagai salah satu pemegang peran kunci dalam siklus media juga turut mendapat perhatian KPI.

"Selain itu (KPI) juga mendorong asosiasi periklanan untuk mengedepankan brand safety dengan tidak memasang iklan di program yang tidak berkualitas," kata Nuning.

Baca juga: Program Pagi Pagi Pasti Happy Dapat Teguran Lagi dari KPI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com