Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluar dari Perombakan Kabinet Semu

Kompas.com - 26/05/2015, 17:29 WIB


Oleh: Suhardi Suryadi

JAKARTA, KOMPAS - Sejak hasil survei Litbang Kompas atas enam bulan kinerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dipublikasikan, gagasan tentang perombakan kabinet semakin sering dibicarakan.

Situasi politik dalam negeri sendiri berkembang dinamis dan mulai mencair dengan kehadiran sejumlah elite partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat pada pembukaan Rakernas Partai Amanat Nasional, 6 Mei 2015.

Walaupun masih samar-samar, beberapa pihak mulai menyodorkan perlunya "penataan ulang" kabinet. Partai politik pun sigap merespons "rencana" tersebut, termasuk partai dari KMP. Ada partai yang terang-terangan meminta dan ada yang yakin kadernya tidak akan tergusur. Namun, ada pula yang menuntut presiden harus mendiskusikan terlebih dahulu soal perombakan kabinet itu dengan partainya.

Alasan perombakan

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, kalaupun dilakukan perombakan kabinet, lebih dimaksudkan agar pemerintahan dapat memiliki kinerja lebih baik dan efektif, bukan karena tekanan atau tergantung dari hasil survei. Pernyataan tersebut sesungguhnya mengisyaratkan dan sekaligus bentuk pengakuan bahwa selama enam bulan berjalan, kinerja kabinet yang ada sekarang disadari kurang berhasil membawa perubahan dan kemajuan berarti.

Alasan lain akan perlunya perombakan kabinet ini adalah terkait dengan kapasitas menteri. Mengingat sejak awal terpilih ada sejumlah figur menteri yang dinilai kurang berkualitas. Sulit dimungkiri bahwa tidak efektifnya roda pemerintahan sesungguhnya juga disebabkan oleh ketidakleluasaan Jokowi dalam memilih anggota kabinet. Presiden senantiasa dihadapkan pada pertimbangan bagaimana harus "memenuhi" permintaan (baca: tuntutan) partai-partai pendukungnya.

Persoalan lain adalah di lingkungan internal tiap-tiap kementerian yang belum dapat menjalankan peran secara optimal karena dihadapkan pada masalah penataan kelembagaan yang tak kunjung selesai. Beberapa jabatan eselon I dan II masih dalam proses seleksi sehingga membuat para pejabatnya belum dapat bekerja maksimal.

Sebagai contoh, penyerapan anggaran hingga April 2015 hanya mencapai 18,5 persen sehingga aktivitas pembangunan cenderung stagnan. Harapan Presiden Jokowi kepada para menteri untuk lebih aktif mempercepat penyerapan anggaran sebagai cermin perbaikan kinerja tampaknya berhenti sebatas imbauan dan tidak ada tindak lanjut yang berarti.

Dengan demikian, masalah kinerja dan kapasitas yang rendah harus dijadikan acuan sehingga perombakan kabinet dapat menjadi instrumen ampuh dalam memperbaiki aneka masalah bangsa, terutama stabilitas politik, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, dan kemajuan ekonomi. Di sisi lain, yang perlu dihindari adalah rencana reshuffle bukan bertujuan mempertahankan citra Jokowi yang popularitasnya cenderung menurun dari 89,9 persen saat tiga bulan memerintah menjadi 65,2 persen setelah enam bulan memimpin (Litbang Kompas, 27 April 2015).

Pertaruhan politik

Perombakan suatu kabinet sering kali tidak selalu memberikan jaminan adanya perubahan yang mendasar atas situasi politik, ekonomi, dan hukum. Sekalipun menteri pengganti dapat memberikan perspektif baru atas sebuah kebijakan kementerian, tetapi yang dikhawatirkan bertentangan dengan kebijakan menteri sebelumnya sehingga tidak ada kontinuitas dalam arah pembangunan.

Dampak lain dari perombakan kabinet adalah menteri baru membutuhkan waktu untuk proses membangun komunikasi dan relasi yang baik dengan aparatur dan parlemen dalam rangka mendukung efektivitas kerjanya.

Terlepas dari itu, upaya perbaikan dan peningkatan kinerja pemerintahan masih terbuka lebar mengingat semua pihak memiliki motivasi kuat dalam mewujudkan kemakmuran dan kemajuan negara dan bangsa. Yang menjadi soal dan masih mengganjal adalah sejauh mana motivasi tersebut dapat diwujudkan melalui momentum reshuffle. Setidaknya ada dua prasyarat yang perlu dipertimbangkan. Pertama, anggota kabinet dipilih berdasarkan kepemimpinan, keahlian, dan kompetensi. Partai-partai politik mitra koalisi tidak perlu "mendaftarkan" elite dan kadernya jika tidak memenuhi kriteria tersebut. Parpol bisa merekrut tenaga profesional untuk diusulkan sebagai wakil partai dalam kabinet.

Kedua, kebijakan dan program kerja kabinet hasil reshuffle perlu secara nyata menjawab ketidakpuasan masyarakat dalam pelbagai hal, terutama soal pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, kemampuan daya beli, kemiskinan, birokrasi lamban merespons persoalan, meluasnya tindak pidana korupsi, dan penegakan hukum yang jauh dari rasa keadilan.

Reshuffle sekarang atau nanti merupakan pertaruhan politik bukan hanya bagi Presiden Jokowi, melainkan juga bagi partai-partai politik mitra koalisi. Artinya, perombakan kabinet tidak semata-mata mengganti orang per orang, tetapi juga menuntut komitmen dan integritas politik dari partai untuk mengakselerasi kemajuan bangsa ini.

Bagaimanapun, reshuffle akan bersifat semu manakala sumber inefektivitas pemerintahan justru terletak pada lemahnya kapasitas Presiden. Banyak pihak memandang bahwa Presiden Jokowi dinilai kurang tegas dan berwibawa memimpin dan mengendalikan kerja para menteri yang berasal dari latar belakang berbeda. Semoga hal ini hanya kekhawatiran belaka.

Suhardi Suryadi
Direktur Program Prisma Resource Center

* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Mei 2015 dengan judul "Keluar dari Perombakan Kabinet Semu".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengacara Keluarga Sebut Ada Sejumlah Kejanggalan Penanganan Kasus Afif Maulana

Pengacara Keluarga Sebut Ada Sejumlah Kejanggalan Penanganan Kasus Afif Maulana

Nasional
Karyawan Asal Kalimantan Barat Gugat UU Pilkada ke MK, Akui Mau Maju Jadi Calon Wakil Gubernur

Karyawan Asal Kalimantan Barat Gugat UU Pilkada ke MK, Akui Mau Maju Jadi Calon Wakil Gubernur

Nasional
PKB Condong Dukung Bobby Ketimbang Edy Rahmayadi di Pilkada Sumut

PKB Condong Dukung Bobby Ketimbang Edy Rahmayadi di Pilkada Sumut

Nasional
Rekaman CCTV di Polsek Tempat Afif Dianiaya Sudah Hilang, Anggota DPR: Siber Mabes Polri Bisa Lakukan Upaya

Rekaman CCTV di Polsek Tempat Afif Dianiaya Sudah Hilang, Anggota DPR: Siber Mabes Polri Bisa Lakukan Upaya

Nasional
PKB Klaim Sandiaga Bersedia Jajaki Pilkada Jabar 2024

PKB Klaim Sandiaga Bersedia Jajaki Pilkada Jabar 2024

Nasional
Cara Pemadanan NIK menjadi NPWP

Cara Pemadanan NIK menjadi NPWP

Nasional
LBH Padang Sebut Pernyataan Polisi Berubah-ubah soal Kasus Afif Maulana

LBH Padang Sebut Pernyataan Polisi Berubah-ubah soal Kasus Afif Maulana

Nasional
DPR Desak Polri Ungkap Kebenaran Terkait Kasus Meninggalnya Afif Maulana

DPR Desak Polri Ungkap Kebenaran Terkait Kasus Meninggalnya Afif Maulana

Nasional
PKB Beri Dukungan ke Sejumlah Bakal Calon Kepala Daerah, Ada Petahana Jambi Al Haris dan Abdullah Sani

PKB Beri Dukungan ke Sejumlah Bakal Calon Kepala Daerah, Ada Petahana Jambi Al Haris dan Abdullah Sani

Nasional
PKB Lirik Sandiaga Uno untuk Maju Pilkada Jabar 2024

PKB Lirik Sandiaga Uno untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Kementerian KP Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Capai SDGs Poin 14

Kementerian KP Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Capai SDGs Poin 14

Nasional
Kejagung Sita 713 Ton Gula Kristal dan Uang Rp 200 Juta di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Kejagung Sita 713 Ton Gula Kristal dan Uang Rp 200 Juta di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Nasional
Stranas PK Ungkap Kacaunya Pelabuhan Sebelum Dibenahi: Kapal Parkir Seminggu dan Rawan Korupsi

Stranas PK Ungkap Kacaunya Pelabuhan Sebelum Dibenahi: Kapal Parkir Seminggu dan Rawan Korupsi

Nasional
Temui Wapres, Nahdlatul Wathon Lapor Sedang Dirikan Kantor dan Pesantren di IKN

Temui Wapres, Nahdlatul Wathon Lapor Sedang Dirikan Kantor dan Pesantren di IKN

Nasional
Demokrat-Perindo Jajaki Koalisi untuk Pilkada 2024

Demokrat-Perindo Jajaki Koalisi untuk Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com