Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Sebut Kandidat Cawapres Ganjar Tak Hanya dari Tokoh NU

Kompas.com - 17/05/2023, 16:34 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PDI-P Said Abdullah mengatakan bahwa tokoh yang masuk sebagai kandidat bakal calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo tidak hanya dari Nahdlatul Ulama (NU).

Hal ini disampaikan Said saat ditanya terkait 10 nama kandidat cawapres Ganjar di antaranya adalah tokoh NU.

"Berbagai segmen tokoh masuk, bukan hanya tokoh NU, tapi tokoh-tokoh komunitas lain juga masuk," kata Said Abdullah di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (17/5/2023).

Akan tetapi, diakui Said bahwa nama tokoh NU memang masuk dalam radar PDI-P mencari kandidat cawapres untuk mendampingi Ganjar.

Baca juga: Soal Peluang PDI-P Tunjuk Cawapres Ganjar dari NU, Muhaimin: Pernyataan Ketua PBNU Kan NU Tak Sodorkan

Ia pun mengungkit bahwa NU merupakan organisasi masyarakat (ormas) berbasis Islam terbesar di Indonesia.

Dengan demikian, tak dipungkirinya banyak nama dari NU yang bisa menjadi kandidat.

"Ormas terbesar kita ya pasti NU. Tapi apakah tunggal, namanya tidak tunggal juga," ujar Said Abdullah.

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR ini lantas mengungkapkan, PDI-P dan NU memiliki kedekatan dari sisi kultural.

Oleh karena itu, kata Said, keduanya juga memiliki basis massa yang sama.

"Karena memang di grassroot PDI-P partai wong cilik, NU juga ngurusin yang cilik-cilik ya. Dari sisi itu punya kesamaan dan itu sudah dari sejak dulu lah ya," kata Said.

Baca juga: Politikus PDI-P Sebut Megawati Punya Pola Tentukan Cawapres dari Kalangan NU

Sebelumnya diberitakan, politisi PDI-P Aria Bima yakin ada tokoh dari NU dalam 10 kandidat cawapres untuk Ganjar Pranowo.

Sebab, menurutnya, ada kecenderungan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri memilih tokoh NU menjadi cawapres.

“Kalau dia (Megawati), ini menebak ya, bukan data, sudah komitmen dengan NU. Masa enggak ada Kader NU yang menjadi bagian dari 10 nama (kandidat cawapres). Saya yakin kok pasti ada,” ujar Aria di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Ia mengungkapkan, berdasarkan rekam jejak, Megawati sudah tiga kali memilih figur NU untuk menjadi cawapres.

Baca juga: Politisi PDI-P Yakin Ada Tokoh NU dari 10 Kandidat Cawapres Ganjar Pranowo

Pertama, ketika menggandeng Hasyim Muzadi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004.

Kemudian, memilih Jusuf Kalla sebagai cawapres Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2014. Ketiga, saat sepakat memilih Ma’ruf Amin mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019.

“Ada kecenderungan Ibu (Megawati) itu melihat konfigurasi NU, dengan mengikutsertakan Muhammadiyah menjadi bagian komitmen, itu ada satu yang lebih substansial, ideologis, untuk Indonesia ke depan,” kata Aria Bima.

Meski begitu, ia mengaku sampai saat ini belum mengetahui siapa saja kandidat yang tengah dipertimbangkan Megawati menjadi cawapres Ganjar.

Baca juga: Soal Peluang PDI-P Tunjuk Cawapres Ganjar dari NU, Muhaimin: Pernyataan Ketua PBNU Kan NU Tak Sodorkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com