JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah menurunkan dukungan kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Itu mengacu pada hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis Kamis (27/9/2018).
Survei tersebut dilakukan pada 14-22 September 2017, melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Survei dilakukan di 34 provinsi di Indonesia, menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar 2,9 persen.
"Tokoh yang dianggap paling bertanggung jawab dalam semakin melemahnya rupiah, adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 39,2 persen, Presiden Joko Widodo sebanyak 29 persen Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution sebesar 10,7 persen," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, di kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur.
Hasil survei menunjukkan, sebanyak 20,9 persen responden menyatakan lebih tidak mendukung Jokowi-Ma'ruf usai kenaikan kurs dolar. Sementara yang lebih mendukung sebesar 14,1 persen.
Baca juga: Bagaimana Persepsi Publik terhadap Jokowi Pasca-Asian Games? Ini Hasil Survei LSI
Responden yang menyatakan sama saja mencapai 50 persen, sedangkan sisanya menjawab tidak tahu.
Di sisi lain, survei juga menyebut Jokowi mendapat sentiman positif dari penanganan gempa Lombok Nusa Tenggara Barat dan suksesnya penyelenggaraan Asian Games.
Baca juga: Survei: Penanganan Gempa NTB Berdampak Positif untuk Jokowi-Maruf
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.