JAKARTA, KOMPAS.com — Kinerja penyidikan kasus korupsi oleh aparat penegak hukum pada semester awal 2015 mengalami penurunan. Berdasarkan hasil pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW), kuantitas dan kualitas kasus yang disidik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tercatat semakin berkurang.
Hingga semester awal 2015 ini, aparat penegak hukum, yaitu KPK, kejaksaan, dan kepolisian, hanya mampu menaikkan sebesar 50,6 persen kasus korupsi pada tahap penyidikan ke penuntutan, dari total 2.477 kasus.
"Kontribusi KPK mencapai 30 persen atas total kerugian negara kasus korupsi yang ditangani di seluruh Indonesia," kata tim Divisi Investigasi ICW Wana Alamsyah dalam pemaparan di Cikini, Jakarta, Senin (14/9/2015).
Dalam periode 2010 hingga 2014, KPK menyidik rata-rata 15 kasus korupsi tiap semester dengan kerugian negara Rp 1,1 triliun. Pada semester ini, KPK hanya menyidik 10 kasus korupsi dengan kerugian negara Rp 106,4 miliar dan besaran suap Rp 395,1 miliar.
ICW menilai, penurunan kinerja KPK disebabkan oleh "serangan balik" yang gencar diterima lembaga tersebut pada semester ini, di antaranya adalah kriminalisasi pimpinan dan penyidik, praperadilan, teror, dan revisi UU KPK.
"'Serangan balik' ini mengubah konstelasi, psikologis, dan motivasi jajaran KPK dan berdampak pada kemampuan penyidikannya," ujar Wana.
Selain "serangan balik", Wana menuturkan, Presiden, pemerintah, dan kelompok politik dinilai belum memberikan perlindungan politik yang memadai untuk KPK. Secara internal, KPK juga diminta agar memotivasi penyidiknya sehingga secara psikologis tidak lagi terganggu oleh berbagai hal yang menghambat kinerja penyidikan.
Secara umum, aparat penegak hukum pada semester I 2015 ini hanya berhasil menyidik 308 kasus korupsi dengan nilai kerugian negara sebesar Rp 1,2 triliun dan nilai suap sebesar Rp 475,3 miliar.
Jika dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya, jumlah kasus korupsi yang meningkat ke tahap penyidikan cenderung naik dengan rata-rata jumlah kasus korupsi tiap semester 253 kasus. Namun, jumlah kasus yang disidik sejak semester awal 2014 hingga semester awal 2015 dinilai stagnan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.