Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib PKS, Bola Ada di Tangan Presiden

Kompas.com - 27/06/2013, 10:11 WIB
Ilham Khoiri

Penulis


KOMPAS.com
- Beberapa pekan ini panggung politik nasional gaduh oleh wacana koalisi. Penolakan Partai Keadilan Sejahtera atas Rancangan Undang- Undang RAPBN-P Tahun 2013 dalam Sidang Paripurna DPR dinilai mencederai koalisi partai politik pendukung pemerintah.

Selain PKS, dalam Rapat Paripurna DPR tentang RUU RAPBN-P 2013, Senin (17/6), yang diputuskan lewat voting (pemungutan suara), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Gerindra, dan Partai Hanura juga menolak RUU RAPBN-P 2013.

Sikap PKS menuai kritik. Bagaimanapun, partai ini merupakan anggota Sekretariat Gabungan koalisi parpol pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang diharapkan mendukung kebijakan strategis pemerintah. Apalagi, tiga kader PKS menjadi menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, yaitu Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Sosial Salim Segaf
Al’Jufrie, serta Menteri Pertanian Suswono.

Ketua Harian Partai Demokrat Sjarifuddin Hasan menyesalkan sikap PKS yang berseberangan dengan koalisi. Setgab tentu akan memberikan tindakan tegas terhadap PKS. Apalagi, sikap serupa terjadi beberapa kali. ”Enggak, kali ini lain. Ingat, ada lagu yang menyebutkan, ... satu kali kau menyakiti, aku maafkan,” katanya (Kompas, 18 Juni 2013).

Ini bukan kali pertama PKS menyempal dari koalisi. Partai ini pernah berbeda sikap dari kesepakatan koalisi dalam kasus bail out Bank Century tahun 2010, dalam usulan pembentukan panitia khusus DPR untuk mafia pajak tahun 2011, dan dalam rencana kenaikan harga BBM tahun 2012. Atas ”kenakalan” itu, dari total jatah empat menteri kader partai itu, satu menterinya pernah dikurangi pada reshuffle kabinet Oktober 2011, yaitu Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata.

Partai-partai koalisi resah dengan sikap PKS yang dianggap memasang politik dua kaki. Di parlemen, partai itu tampil bak oposisi. Tetapi, saat bersamaan, partai itu juga mempertahankan menteri-menterinya dalam kabinet sebagai pembantu presiden.

Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari berharap, sebaiknya PKS segera mengambil sikap jelas, apakah tetap ingin di koalisi atau tidak.

”Jika memang sudah tidak bisa menyetujui kesepakatan koalisi, sebaiknya keluar saja. Secara fatsun politik, aneh juga kalau tidak sepakat, tetapi masih berbagi kekuasaan dengan pemerintah,” katanya.

Sebenarnya, salah satu code of conduct koalisi sudah menyebutkan, bilamana terjadi ketidaksepakatan terhadap posisi bersama koalisi, terlebih menyangkut isu vital dan strategis, semaksimal mungkin dilakukan komunikasi politik untuk menemukan solusi terbaik. Apabila akhirnya tidak ditemukan solusi yang disepakati, parpol bersangkutan dapat mengundurkan diri dari koalisi. Manakala parpol itu tidak mengundurkan diri, pada hakikatnya, kebersamaannya dalam koalisi telah berakhir. Selanjutnya, Presiden mengambil keputusan dan tindakan menyangkut keberadaan parpol dalam koalisi dan perwakilan partai dalam kabinet.

Ketua Fraksi PKS di DPR Hidayat Nur Wahid mengajak semua pihak merujuk semua butir code of conduct. Akhir butir ke-5 kesepakatan itu menentukan bahwa hanya presiden, bukan partai, apalagi Setgab, yang berhak mengangkat atau memberhentikan menteri. Begitu juga ketentuan dalam Undang-Undang tentang Kementerian Negara dan UUD 1945, khususnya Pasal 17 Ayat (2). Nasib menteri-menteri merupakan hak prerogatif presiden.

”Kami menunggu saja keputusan Presiden. Kalau sampai hari ini para menteri tersebut masih melaksanakan amanah sebagai pembantu presiden, karena memang belum ada keputusan baru dari Presiden,” katanya.

Menurut Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto, ”bola” sekarang berada di tangan Presiden. Presiden bisa mengeluarkan PKS atau menerapkan strategi lunak dengan mengelola perimbangan kekuatan di koalisi. ”Karena pertimbangan tarik ulur kekuatan nyata di DPR, mungkin sikap Presiden Yudhoyono tetap tak akan berubah. Ada kecenderungan Presiden akan ’memelihara’ PKS meskipun marah dengan ’kenakalan’ partai ini,” ujarnya.(Ilham Khoiri)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Nasional
    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Nasional
    Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

    Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

    Nasional
    Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

    Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

    Nasional
    Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

    Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

    Nasional
    Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

    Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

    Nasional
    Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

    Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

    Nasional
    Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

    Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

    Nasional
    PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

    PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

    Nasional
    Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

    Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

    Nasional
    Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

    Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

    Nasional
    Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

    Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

    Nasional
    Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

    Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

    Nasional
    Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

    Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

    Nasional
    Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

    Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com