Dia masih sedikit was-was dengan pengalaman penempatan sebelumnya. Adanya konflik sosial dan rawan akan perampokan juga dia rasakan.
Baca juga: Lewat Spiritual Entrepreneurship Camp, Dompet Dhuafa Ajak Peserta Dalami Wirausaha dan Spiritualitas
Namun, mental dan pendewasaannya mulai terlatih menjadi lebih berani dan menyesuaikan keadaan.
“Di sini alhamdulillah aman, tidak seburuk yang kita pikirkan. Cuma, karena kita orang baru di sini, harus tetap ramah dan menyesuaikan,” katanya.
Ayu mengatakan, Setelah setahun di Desa Tanjung Mas, dia menyadari bahwa warga Desa Tanjung Mas itu saling membantu.
Dia menyebutkan, mereka sering membantu berkemas dan masak-masak di dapur jika ada kegiatan, seperti pelayanan yang tengah digelar. Hal itu dilakukan secara sukarela.
“Yang awalnya mungkin ada mindset tentang uang, tetapi berjalan waktu kami tahu kalau ini tentang memberi edukasi dan layanan,” ungkapnya.
Ayu mengatakan, program BUN bukan sekadar pelayanan, tetapi juga pemberdayaan. Oleh karenanya, terdapat edukasi yang meningkatkan pengetahuan, terutama pada ibu hamil.
Baca juga: Lewat Spiritual Entrepreneurship Camp, Dompet Dhuafa Ajak Peserta Dalami Wirausaha dan Spiritualitas
Program tersebut menyasar para orangtua yang sebelumnya awam terhadap pelayanan kesehatan, misalnya periksa kehamilan yang masih sulit dilakukan.
Ayu mencontohkan, ada orang yang baru periksa kehamilan saat usia kandungan sudah masuk enam bulan.
Begitu pula dengan pengobatan, orang yang awam hanya melakukan pengobatan ketika sudah parah, bukan selagi bisa dicegah.
“Misalnya di sini, dari yang awalnya masyarakat hanya diberi obat saat ada pengajian. Kini, pelayanan kesehatan tersentral di rumah atau Pos layanan sehat BUN ini. Itu pun mulanya tidak mudah untuk mengajak mereka datang,” katanya.
Terkait hal itu, Ayu melakukan pendekatan ke kader dari rumah ke rumah dan mulut ke mulut.
Baca juga: Entaskan Kelaparan dan Tingkatkan Ekonomi UMKM, Dompet Dhuafa Hadirkan Gerakan Lapor Lapar
“Dari penerima manfaat layanan hanya 10 orang, tambah 15 orang, sekarang alhamdulillah meningkat 30-an orang bisa datang tiap ada layanan. Selebihnya warga yang aku sambangi rumah ke rumah,” jelasnya.
Adapun mata pencaharian masyarakat di Desa Tanjung Mas umumnya adalah buruh tani dan sebagian kecilnya nelayan. Rumah-rumah panggung dengan satu rumah dihuni dua bahkan empat kartu keluarga (KK).
Selain terdapat stunting, lansia, dan dhuafa, kebanyakan ibu hamil di Desa Tanjung Mas masih berusia di bawah 25 tahun dan dengan awamnya edukasi terkait kesehatan kandungan itu sendiri.
Meski menjadi bidan berdedikasi tinggi, Ayu ternyata sebelumnya tidak memiliki ketertarikan dengan bidan atau pada bidang kesehatan. Dia justru ingin menjadi tentara.
Namun, pada suatu momen, seorang kerabat dari orangtuanya menginspirasi dirinya untuk memilih universitas beserta jurusan akademi yang akan ditempuh.
Baca juga: Dompet Dhuafa Gelar Pesantren Kilat dan Nuzulul Quran bersama Warga Binaan Rutan Pondok Bambu
Meski awalnya tidak langsung mengiyakan, Ayu malah makin dalam menyelami kebidanan.
“Setelah menjalani dan sudah sejauh ini, aku dapat banyak hal dan itu bukan sekedar ilmu tapi juga pengalaman dan pembelajaran,” ungkapnya.
Untuk itu, dia meneruskan sekolah di D3 Kebidanan di Palembang. Kemudian, dia melanjutkannya di D4 di Jawa Timur dengan minat pendidikan klinis dan penyidik.
Setelah lulus, Ayu mengemban tugas sebagai bidan pada 2015. Dia bertugas sebagai bidan desa di puskesmas dan klinik di sebuah desa di Palembang, dengan wilayah yang juga jauh dari kediaman, tetapi tidak menetap.
“Ya, aku (tugas) di Desa Tanjung Mas ini dua tahun. Bukan kali pertama ke pedalaman, tapi kali ini menetap, situasinya juga berbeda tiap desa. Jauh, sekitar seratusan kilometer, melewati tiga kabupaten lah dari rumah (Banyuasin) ke sini (Ogan Ilir),” ujarnya.
Ayu mengatakan, di dunia kebidanan, ada yang harus melaksanakan ujian dan pengalaman untuk praktik.
Baca juga: Lewat Al Quds Indonesia, Dompet Dhuafa Terus Perjuangkan Kemerdekaan Palestina
“Bertemu lingkungan baru dengan masalah berbeda. Padahal sebelumnya, aku bukan orang yang sering sosialisasi,” katanya.
Dia mengatakan, sekarang dia harus bertemu dengan banyak orang di wilayah berbeda-beda dengan karakteristik dan lingkungan yang berbeda pula.