Pemilu saat ini berbeda. Sikap pragmatisme elite bersekutu dan berkoalisi dalam partai menghasilkan dinamika seru.
Siapa kawan dan siapa kompetitor berubah. Lawan jadi kawan, kawan jadi lawan. Peta politik bergerak ke arah lain karena pragmatisme dan dinamika sikap elite.
Tiga pasangan calon (paslon) tidak menunjukkan konsistensi kelompok keagamaan, justru pembauran yang mengubah peta. Tidak ada satu pasangan calon yang konsisten didukung oleh satu kelompok.
Satu pasangan calon didukung dan berharap dukungan dari kelompok yang banyak. Harapannya swing voters membengkak.
Dalam dinamika pasca-reformasi, tradisi baru arah Timur Tengah dan global saat ini ditarik untuk bergabung dengan tradisi kultur lokal.
Hal ini tidak terbayangkan akan berkoalisi sebelumnya dan bahkan dulunya sering berhadap-hadapan. Ini mengubah peta politik.
Mergernya dua elite yang berbeda dari segi golongan keagamaan menghasilkan atmosfer baru. Maka, apakah para pemilih akan serta menerima keputusan elite itu?
Sebarapa banyak arus bawah mengikuti perubahan arus atas? Masihkah ideologi berlaku? Apakah ideologi sudah berubah? Atau sebetulnya seperti pragmatisme Amerika?
Asumsi-asumsi adanya perubahan akan terjadi. Kemungkinan pertama, bisa jadi arus bawah mengubah haluan dan mengganti ideologi, atau ideologi itu sendiri diragukan efektifitasnya.
Kemungkinan kedua, terjadi perubahan ideologi karena kalah dengan pragmatisme dalam kancah politik kita. Ideologi tidak lagi penting.
Walaupun di level bawah masih sangat erat dengan identitas kelompok keagamaan, praktiknya di level elite, ideologi sudah tidak penting lagi.
Langkah politik untuk memenangkan dan bermain cantik lebih utama. Akankah sikap pragmatisme elite ini mengubah sikap warga pemilih?
Akibatnya, organisasi keagamaan sepertinya tidak utuh dalam memengaruhi kemana arah pilihan umatnya.
Satu kelompok keagamaan bisa berada dalam dua calon capres dan cawapres. Bahkan satu kelompok bisa berada dalam tiga pasangan.
Terbelahnya pilihan menunjukkan tidak bisa lagi menggunakan identitas kelompok keagamaan dalam Pemilu kali ini. Kelompok keagamaan mempunyai pilihan yang beragam, baik elite ataupun warga.