Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Pemilu 2024: Tidak Ada Polarisasi

Kompas.com - 27/10/2023, 11:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMILU serentak ini berbeda dengan Pemilu 2019 lalu. Lain gerakan dan dinamika elite dan warga menghasilkan suasana dan kondisi berbeda.

Apakah sikap para elite dan warga pemillih saling bertalian? Para calon pemimpin menunjukkan pola berbeda dalam dua Pemilu terakhir. Warga pemilih mungkin begitu kah?

Tepatnya, Pemilu 2019 akan berbeda dengan pemilu 2024. Elite bersikap lebih pragmatis. Bagaimana pemilih?

Pemilu 2019 terkesan adanya pembelahan berdasarkan golongan keagamaan yang cukup terang. Politik identitas tampik ke depan, istilahnya, digunakan setelah era demokrasi bebas pasca-gerakan reformasi.

Dalam gegap gempita reformasi sebagai gerakan dari aspirasi anak-anak muda simbol kelas menengah ke bawah, keterbukaan dan kebebasan dalam berpolitik dengan mudah ditumpangi identitas kelompok keagamaan.

Sebetulnya, politik identitas terlihat dari Pemilu 2004. Lalu Pemilu selanjutnya, 2009, 2014 menguat, dan puncaknya 2019.

Penggunaan sentimen keagamaan sebagai media untuk meraup simpati pemilih juga terlihat pada pemilihan gubernur Jakarta 2017.

Identitas keagamaan tampaknya dengan efektif mengubah alur pilihan hati. Iman warga dan iman pemimpin yang akan terpilih berdasarkan jati diri agama terlihat manjur.

Perubahan mendadak suasana pemilihan dirasakan. Pemilih terbelah berdasarkan sentimen iman. Iman menjadikan siapa saya dan siapa mereka. Siapa yang memilih dan siapa yang memilih, imannya apa?

Pemilu 2014 dan 2019 secara nasional mencerminkan pembelahan itu. Polarisasi organisasi keagamaan jelas pilihannya.

Sentimen kelompok diperbesar dan menghasilkan perbedaan pilihan. Polarisasi berjalan dan efektif. Loyalitas kelompok dan sentimen anti-kelompok lain mudah sekali tersulut.

Istilah-istilah digunakan juga hampir sama dengan Pilkada DKI Jakarta 2017: kadal gurun versus kodok atau cebong, radikalisasi dan konservatisme versus liberal, kiri, atau komunisme dan istilah pembelahan lain yang lugas.

Semua atribut dan label bermuara dari ranah lapangan politik ditarik kearah kelompok keagamaan. Dua organisasi Islam di Indonesia sangat sibuk memadamkan polirasasi itu.

Untungnya etnis tidak serta merta mengikuti. Jika etnis ditambah agama mengemuka, maka suasana akan sulit dikendalikan. Untung saja.

Dinamika Pilkada Jakarta 2017 dan Pemilu 2014 dan 2019 kurang lebih seperti itu. Faktor sentimen kelompok keagamaan efektif dimainkan dan menghasilkan polarisasi politik identitas.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com