Dari usaha perkebunan sawitnya kurun waktu 2005 hingga 2020, Surya Darmadi telah menangguk keuntungan senilai Rp 2,38 triliun.
Tidak hanya di panggung hukum, di pentas politik kini tengah dilanda “bercyandya”. Entah karena anaknya suka bercanda dalam kehidupan sehari-harinya, tidak urung kabar keputusan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo untuk bergabung ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dianggap publik tengah bercanda.
Bayangkan saja, ayahnya yang bernama Jokowi bisa menjadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga Presiden sampai dua periode didukung penuh oleh PDI Perjuangan.
Tidak hanya ayahnya, kakak kandungnya bernama Gibran Rakabuming juga bisa mentas menjadi Wali Kota Solo berkat rekomendasi PDI Perjuangan.
Masih kurang? Kakak iparnya bernama Bobby Nasution juga disorong PDI Perjuangan menjadi Wali Kota Medan.
Apa tidak “bercyandya” jika di Pilpres 2024 nanti di antara keluarga Presiden Jokowi bisa “saling” serang di kampaye antarcapres?
PDI Perjuangan mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capres, sementara PSI lebih cenderung mendukung Prabowo Subianto sebagai capres. Gibran dan Bobby bisa jadi mengampanyekan Ganjar, sementara Kaesang membela Prabowo.
Presiden Jokowi yang kader PDI Perjuangan, tentu saja mendukung capres yang diusung partainya.
Deman “bercyandya” tidak saja melanda keluarga Presiden Jokowi. Di partai Demokrat yang menggelar Rapimnas di Jakarta (21/09/2023), kini resmi mendukung pencapresan Prabowo Subianto, setelah awalnya berada di koalisi pendukung Anies Baswedan.
Bayangkan saja, selama ini Demokrat begitu konsisten mengusung politik “perubahan” untuk mengkritisi rezim Jokowi, kini berbalik badan mendukung program-program kerakyatan Jokowi yang dijajakan Prabowo dan koalisinya.
Akibat dicampakkan Anies Baswedan dan Nasdem, Demokrat harus menelan ludah sendiri untuk bersekutu dengan partai-partai lain yang selama ini berada di koalisi pengusung Jokowi. Jargon perubahan kini menyaru rupa, berkelindan dengan Indonesia Maju.
Dari pembakar Gunung Bromo, para hakim MA yang menyunat hukuman, dari Kaesang dan Demokrat, kita tengah melihat kehidupan yang penuh “bercyandya”.
Di kala hidup tengah susah-susahnya, dari mahasiswa-mahasiswi yang saya ajar akhirnya saya baru menyadari.
Mereka sering ucapkan di kala senggang, tetapi begitu terkait dengan fenomena di panggung hukum dan pentas politik nasional kita sekarang ini: "Nggak usah mikirin omongan orang. Mereka aja ngomongnya nggak pakai pikiran."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.