KOMPAS.com - Tangan Mazkur bin Main memegang kepala. Ia menceritakan kebingungannya, kenapa tiba-tiba ada di Madinah Al Munawarah.
Seingatnya, ia berada di Jakarta. Ia kemudian berkeliling. Setelah sadar, ternyata dia ada di di Masjid Nabawi, Madinah. Ia lupa arah pulang ke hotel di Madinah.
Mazkur bin Main tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 1 Embarkasi Jakarta–Pondok Gede (JKG 1).
Baca juga: Cerita Nenek Isnatin Calon Haji Usia 94 Tahun Asal Pacitan, Sudah Daftar sejak Tahun 2014
Dia bersama 389 jemaah DKI Jakarta lainnya, tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah, Rabu (24/5/2023), pukul 06.30 waktu Arab Saudi (WAS).
Dari bandara, jemaah JKG 01 ini di antar sampai hotel di Madinah pada sekitar pukul 08.00 WAS.
Setelah istirahat sejenak, Mazkur belum percaya sudah sampai di Tanah Suci. Dia merasa masih di Tanah Air dan ingin mencari keluarganya.
Baca juga: Gelang Identitas dan Sandal Jadi Benda Wajib Jemaah Haji Indonesia di Masjid Nabawi
Ia pun keluar dari hotel yang berada di antara gedung-gedung tinggi sekitar kompleks Masjid Nabawi.
"Saya ingat semalam itu naik pesawat, abis itu blas (ga ingat)," ungkap Mazkur kepada petugas yang menemaninya.
Dalam kebingungannya di Masjid Nabawi, ia terlihat bingung dan bertemu dengan petugas haji. Petugas lalu mengidentifikasi Mazkur lewat gelang identitas yang dikenakan jamaah tersebut.
Dalam gelang itu, terdapat sejumlah informasi, mulai dari nomor paspor, asal embarkasi, hingga keterangan kloter.
Dari gelang identitas, diketahui bahwa Mazkur tergabung dalam kloter JKG 01. Petugas lalu mengecek lokasi hotel JKG 01 dan diketahui kalau itu adalah Hotel Grand Plaza Badr Al Maqam yang terletak di Sektor 1.
Petugas selanjutnya mengantar Mazkur bin Main ke hotelnya hingga bertemu petugas lainnya. Mazkur pun bisa kembali ke kelompoknya.
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H Subhan Cholid mengatakan, pengalaman Maskur, mengajarkan betapa pentingnya jemaah mengenakan gelang identitas.
Subhan menjelaskan, gelang identitas jemaah haji itu dibagikan saat akan masuk asrama haji.
Gelang identitas jemaah ini terbuat dari logam yang bisa bertahan dalam kondisi apapun. Bahkan tahan saat terbakar api.
"Gelang itu bukan asesoris, tapi menjadi bagian dari identitas diri," ucap dia.
Di dalamnya, tercakup info nomor paspor dan kloter yang bisa mengidentifikasi asal jemaah dan juga hotel tempat tinggalnya, baik di Madinah maupun Makkah.
Sebagai identitas, saat seseorang menemukan gelang itu, baik dengan orangnya maupun tidak, bisa diidentifikasi pemiliknya dan daerah asalnya.
“Dan ini terbukti pada kejadian tahun 2015, saat peristiwa Mina dan kecelakaan crane, kita temukan orangnya dalam keadaan meninggal, dan bisa diidentifikasi melalui gelangnya,” sebut Subhan.
Pernah juga, tahun 2012, ada jemaah haji Indonesia terpisah dari rombongannya dan ternyata ditemukan di gunung Uhud dalam keadaan meninggal.
Saat itu sudah sulit diidentifikasi jasadnya. Gelang yang dikenakannya menjadi petunjuk sehingga diketahui indentitasnya.
“Maka, gelang itu mohon jangan ditukar dan ditinggalkan. Kenakan gelang tersebut dengan kenceng supaya tidak lepas dari tangan selama di Tanah Suci,” pesannya.
“Mohon jangan ditukar selama masih di Tanah Suci. Sebab ada data pribadi. Sehingga jangan diberikan kepada orang lain dan jangan ditukar. Gelang ini juga bisa jadi kenang-kenangan seumur hidup,” tandasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.