JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengatakan bahwa Partai Nasdem merupakan partai pertama yang diajak berkoalisi oleh PDI Perjuangan untuk mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden pada 2014.
Hal ini disampaikan Willy merespons isu yang menyebut hubungan antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh imbas keputusan Nasdem mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Dibilang 'oh ini Nasdem berjarak', tidak. Nasdem, kalau kita mau bicara terbuka, siapa yang pertama kali mengusung ini (Jokowi) ketika PDI tidak mencukupi syarat di 2014?" kata Willy dalam wawancara khusus di program Gaspol! Kompas.com, Selasa (8/11/2022).
Baca juga: Usung Anies, Nasdem Dinilai Patahkan Isu Pemilu 2024 Settingan
Willy bercerita, pada suatu malam saat itu, Ketua Umum PDI-P Megawati Seokarnoputri menghubungi Surya Paloh.
Lewat sambungan telepon, Megawati menyampaikan bahwa ia mengutus Tjahjo Kumolo, Hasto Kristiyanto, dan Andi Widjajanto untuk membawa pesan kepada Paloh keesokan harinya.
"Apa pesan Mbak?" kata Willy menirukan perkataan Paloh saat menemui para utusan Mega.
"'Bang, kami enggak cukup dukung Jokowi, apakah Abang berkenan?" jawab utusan Mega itu.
Willy menyebutkan, Paloh langsung mengulurkan tangan untuk bersalaman sebagai tanda kesepakatan.
Dia menambahkan, ajakan itu diterima oleh Paloh tanpa pikir panjang dan tidak memberikan satu pun syarat.
"Salaman bos, enggak mikir apa-apa. Kalau yang lain ada syarat A, syarat B, syarat C, ini enggak mikir bos. Itu kan satu hal yang tidak hapus tadi kan rekam jejak," kata Willy.
Baca juga: Demokrat Klaim Publik Menanti-nanti Deklarasi Koalisi Nasdem-Demokrat-PKS
Ia melanjutkan, Nasdem juga mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi agar dapat menjabat sebagai presiden selama 2 periode pada 2017, dua tahun sebelum Pemilihan Presiden 2019.
"Jadi maju mundurnya Jokowi, juga maju mundurnya Nasdem, jangan dibolak balik. Bahwasanya ada gorengan, gorengan memang enak tapi kolesterol tinggi. Ada orang yang enggak senang, ya pastilah," kata Willy.
"Kita nih hidup harus membaca jejak rekam itu. Kalau kami sih wajar saja orang (bilang) mau di-reshuffle segala macam, Bung Karno kan pesannya sederhana, 'jas merah', jangan sesekali melupakan sejarah," ujar dia.
Sebelumnya, banyak pihak menilai hubungan antara Nasdem dan Jokowi akan merenggang setelah Nasdem mendeklarasikan dukungan kepada Anies.
Baca juga: Demokrat Klaim Publik Menanti-nanti Deklarasi Koalisi Nasdem-Demokrat-PKS
Jokowi bahkan pernah berkata bahwa ia membuka peluang merombak susunan Kabinet Indonesia Maju setelah deklarasi Nasdem tersebut.