Rasuna juga bergabung dalam Soematra Thawalib dan turut mendirikan Persatuan Muslimin (Permi) di Bukittingi tahun 1930.
Karena kecakapannya dalam berpidato dan berdebat, Rasuna ditunjuk untuk memberikan kursus bagi anggota Permi.
Baca juga: Meneruskan Semangat Kartini…
Rosihan Anwar dalam Sejarah Kecil Petite Historie Indonesia menuliskan bahwa Rasuna dijuluki sebagai Singa Minangkabau karena kepiawaiannya berpidato. Dia bersanding dengan Moechtar Loetfi yang juga mendapat julukan sama.
"Isi pidato mereka yang galak membuat Belanda khawatir ketentraman umum di Sumatera Barat menjadi guncang," tulis Rosihan sebagaimana diberitakan Historia.id, 26 Oktober 2020.
Tak hanya itu, Rasuna juga berkecimpung dalam bidang pendidikan. Ia pernah dipercaya menjadi pengajar ketika masih aktif di Sekolah Diniyah Putri Padang Panjang.
Rasuna banyak terlibat dalam pendirian sekolah, seperti Sekolah Thawalib kelas rendah, Sekolah Thawalib Putri, kursus pemberantasan buta huruf, dan kursus putri di Bukittingi.
Tahun 1937, ia juga mendirikan lembaga pendidikan khusus perempuan bernama Perguruan Putri di Medan, Sumatera Utara.
Karena pemikiran dan keberaniannya, Rasuna pernah dijatuhi hukum speek delict oleh kolonial Belanda. Ia menjadi perempuan pertama yang dikenai hukuman tersebut karena berbicara menentang Belanda.
Tahun 1932 Rasuna sempat ditangkap Belanda bersama teman seperjuangannya, Rasimah Ismail. Mereka dipenjara di Semarang, Jawa Tengah.
Setelah bebas, Rasuna sempat meneruskan pendidikannya di Islamic College.
Rasuna sempat berkecimpung di dunia jurnalistik. Tulisan-tulisannya dikenal tajam.
Pada 1935, Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah bernama Raya. Majalah itu dikenal radikal, bahkan menjadi tonggak perlawanan rakyat Sumatera Barat terhadap penjajah.
Rasuna juga pernah membuat majalah mingguan bernama Menara Poeteri.
Perjuangan Rasuna berlanjut di era pasca-kemerdekaan Indonesia. Ia terlibat dalam Panitia Pembentukan Dewan Perwakilan Nagari yang pada 1946 melahirkan Dewan Perwakilan Sumatera.
Ia juga bergabung dengan Komite Nasional Indonesia Daerah Sumatera Barat (KNID-SB).
Baca juga: Cerita Surya Tarmiani: Penyidik Perempuan di KPK yang Kerap Terima Intimidasi