SBY pun kembali menanyakan keseriusan Sofyan. Kepada Sofyan, SBY juga mengaku tak memiliki apa-apa untuk mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di Indonesia.
“Saudara Sofjan, saudara mengusulkan saya menjadi presiden. Apakah saudara serius? Bukankah saya tidak punya apa-apa," ucap SBY.
Sofjan pun memastikan kesungguhannya mendukung SBY. Namun, ia mengajukan satu syarat terkait wakil presiden.
“Saya serius, tapi dengan syarat wakil presiden harus berasal dari kalangan pengusaha,” kata Sofjan.
Baca juga: Marzuki Alie: SBY Bilang Megawati Kecolongan Dua Kali di Pilpres 2004
Sofjan lantas menawarkan dua nama pengusaha. Pertama, Aburizal Bakrie yang kala itu menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), dan kedua Menteri Koordonator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang saat itu dijabat oleh Jusuf Kalla.
“Kalau Pak SBY mau pilih pengusaha, saya akan galang dana dari pengusaha untuk mendukung Pak SBY," kata Sofjan.
Berangkat dari situ, Sofjan kemudian mengatur pertemuan SBY dengan Aburizal Bakrie atau Ical.
Namun, setelah tiga kali pertemuan, Ical menolak menjadi cawapres karena merasa partainya, Golkar, lebih besar dari Demokrat. Sementara Demokrat merupakan partai yang baru didirikan SBY.
Saat itu Ical juga punya keinginan untuk maju menjadi capres. Namun, dalam konvensi Partai Golkar, dia kalah oleh Wiranto.
Setelah Ical menolak, Sofjan lantas beralih ke Kalla. Namun, Kalla pun menolak menjadi cawapres.
Alasannya, Kalla mengatakan, “Pak Sofjan, saya tidak mau. Dia susah ambil keputusan.”
“Kalla tidak ingin berpasangan dengan SBY yang dinilainya lemah dan tidak mampu mengambil keputusan segera,” kata Sofjan.
Belakangan, Sofjan tahu kalau Kalla ingin menjadi cawapres Megawati. Namun, saat itu, pertemuan Kalla dan Megawati tak membuahkan hasil.
“Jusuf Kalla berpikir, Megawati sebagai calon presiden harus lebih dulu memintanya menjadi wakil presiden. Namun, sesuai kultur Jawa, Megawati sebagai perempuan menunggu dipinang,” kata Sofjan.
Rupanya bukan Kalla yang dipilih Megawati. Ketua Umum PDI Perjuangan itu memilih Ketua PBNU K.H. Hasyim Muzadi untuk mendampinginya di Pilpres 2004.
Akhirnya, Kalla bersedia menjadi cawapres SBY dengan perjanjian tertulis tentang pembagian tugas dengan SBY.
Baca juga: KPU Akan Pertimbangkan Perpendek Masa Kampanye Pemilu 2024
Duet SBY-Kalla rupanya berhasil. Di putaran kedua, mereka berhasil mengantongi 69.266.350 suara atau 60,62 persen.
Keduanya unggul dari Megawati-Hasyim Muzadi yang saat itu mendapat 44.990.704 suara atau 39,38 persen.
Sumber: Historia.id Cerita di Balik Pasangan SBY-JK di Pilpres 2004
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.