Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres 2004 dan Cerita di Balik Duet SBY-Jusuf Kalla

Kompas.com - 07/02/2022, 09:19 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

SBY pun kembali menanyakan keseriusan Sofyan. Kepada Sofyan, SBY juga mengaku tak memiliki apa-apa untuk mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di Indonesia.

“Saudara Sofjan, saudara mengusulkan saya menjadi presiden. Apakah saudara serius? Bukankah saya tidak punya apa-apa," ucap SBY.

Sofjan pun memastikan kesungguhannya mendukung SBY. Namun, ia mengajukan satu syarat terkait wakil presiden.

“Saya serius, tapi dengan syarat wakil presiden harus berasal dari kalangan pengusaha,” kata Sofjan.

Baca juga: Marzuki Alie: SBY Bilang Megawati Kecolongan Dua Kali di Pilpres 2004

Sofjan lantas menawarkan dua nama pengusaha. Pertama, Aburizal Bakrie yang kala itu menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), dan kedua Menteri Koordonator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang saat itu dijabat oleh Jusuf Kalla.

“Kalau Pak SBY mau pilih pengusaha, saya akan galang dana dari pengusaha untuk mendukung Pak SBY," kata Sofjan.

Berangkat dari situ, Sofjan kemudian mengatur pertemuan SBY dengan Aburizal Bakrie atau Ical.

Namun, setelah tiga kali pertemuan, Ical menolak menjadi cawapres karena merasa partainya, Golkar, lebih besar dari Demokrat. Sementara Demokrat merupakan partai yang baru didirikan SBY.

Saat itu Ical juga punya keinginan untuk maju menjadi capres. Namun, dalam konvensi Partai Golkar, dia kalah oleh Wiranto.

Setelah Ical menolak, Sofjan lantas beralih ke Kalla. Namun, Kalla pun menolak menjadi cawapres.

Baca juga: Deretan Partai Pendatang Baru yang Akan Ramaikan Pemilu 2024, Bentukan Amien Rais hingga Loyalis Anas Urbaningrum

Alasannya, Kalla mengatakan, “Pak Sofjan, saya tidak mau. Dia susah ambil keputusan.”

“Kalla tidak ingin berpasangan dengan SBY yang dinilainya lemah dan tidak mampu mengambil keputusan segera,” kata Sofjan.

Belakangan, Sofjan tahu kalau Kalla ingin menjadi cawapres Megawati. Namun, saat itu, pertemuan Kalla dan Megawati tak membuahkan hasil.

“Jusuf Kalla berpikir, Megawati sebagai calon presiden harus lebih dulu memintanya menjadi wakil presiden. Namun, sesuai kultur Jawa, Megawati sebagai perempuan menunggu dipinang,” kata Sofjan.

Rupanya bukan Kalla yang dipilih Megawati. Ketua Umum PDI Perjuangan itu memilih Ketua PBNU K.H. Hasyim Muzadi untuk mendampinginya di Pilpres 2004.

Akhirnya, Kalla bersedia menjadi cawapres SBY dengan perjanjian tertulis tentang pembagian tugas dengan SBY.

Baca juga: KPU Akan Pertimbangkan Perpendek Masa Kampanye Pemilu 2024

Duet SBY-Kalla rupanya berhasil. Di putaran kedua, mereka berhasil mengantongi 69.266.350 suara atau 60,62 persen.

Keduanya unggul dari Megawati-Hasyim Muzadi yang saat itu mendapat 44.990.704 suara atau 39,38 persen.

Sumber: Historia.id Cerita di Balik Pasangan SBY-JK di Pilpres 2004

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com