Pesawat CN235 merupakan pengembangan dari pesawat C212 Aviocar yang telah diproduksi CASA di Spanyol dan IPTN di Bandung atas dasar lisensi CASA.
Rancangan dasar pesawat CN235 adalah 40 persen untuk angkutan pulang pergi, dan 60 persen lainnya untuk keperluan serba guna seperti angkutan barang dan militer.
Dibuat dengan mesin turboprop CT7 buatan General Electric Amerika Serikat, pesawat CN235 versi awal memiliki keunggulan dapat menghemat bahan bakar sebanyak 15 persen dibandingkan mesin lain dengan kemampuan sama.
Mesin CT7 ini merupakan mesin yang sangat terjamin serta dapat dipercaya berdasarkan latar belakang mesin GE T700/CT7-2 yang sudah mencapai lebih dari satu juta jam terbang.
Baca juga: Super Puma, Cassa, dan CN 235 Dikerahkan Cari Heli TNI yang Hilang
Ada beberapa versi keluaran pesawat CN235 sejak diproduksi pertama kali.
Di awal pembuatannya, IPTN dan CASA mengeluarkan CN235 versi 10 dan versi 100 pada tahun 1986.
Kemudian PT DI mengembangkan versi perbaikan CN235, seperti versi 110 dan 220. Sedangkan Airbus Defence and Space mengeluarkan versi 200 dan 300.
Setidaknya, sudah lebih dari 300 unit pesawat CN-235 dari berbagai versi telah diproduksi.
Baca juga: Bocoran Harga Pesawat CN235-220 Buatan PTDI yang Dipesan Militer Nepal
Sementara itu, untuk pemasaran ke luar negeri, PT DI menambahkan sejumlah aspek, mulai dari produksi sayap luar, stabilizer horizontal, sirip vertikal, hingga pintu untuk Airbus Defence & Space.
Kemudian, Airbus Defence & Space memproduksi hidung pesawat yang dibongkar, kokpit yang dibongkar, dan sayap tengah untuk PT DI.
Ada tiga jenis pesawat CN235 versi 220 milik PT DI, mulai dari CN235-220 Civil, CN235-220 Military Transport, dan CN235-220 Special Mission.
Untuk pesawat militer, CN-235 memiliki versi patroli maritim atau CN235 tipe MPA (Maritim Patrol Aircraft). TNI AL termasuk pihak yang membeli pesawat intai canggih ini.