Adapun kegiatan tersebut juga sejalan dengan program Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Pelatihan yang digelar pada 13-14 September 2021 itu diikuti oleh 50 peserta dari pembudidaya ikan di Kabupaten Solok Selatan secara blended learning.
Pelatihan yang difasilitasi oleh BPPP Medan tersebut dilaksanakan di BBI Solok Selatan dengan menerapkan prokes secara ketat.
Baca juga: Berdayakan Rumput Laut dan Limbah Perikanan, Kementerian KP Kembangkan Pupuk Hayati
Sebagai informasi, dalam pelatihan tersebut, peserta diberikan beragam materi, mulai dari menyiapkan bahan dan peralatan pembuatan, menyusun formulasi, meramu, mencetak, mengeringkan, mengemas, hingga menyimpan pakan ikan.
Dalam sambutannya, Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan, budi daya ikan air tawar umumnya menggunakan pelet sebagai pakan ikan yang praktis dan mengandung nutrisi lengkap.
“Unsur utama pada pakan adalah protein hewani, yaitu tepung ikan. Pembuatan pakan ikan bisa menggunakan bahan baku nabati yang memiliki kandungan protein tinggi,” jelas Lilly.
Lebih lanjut, dia mengatakan, melalui pelatihan tersebut, pembudidaya diharapkan dapat memproduksi pakan ikan alternatif secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Dengan begitu, alokasi biaya pakan ikan bisa ditekan.
“Dengan pelatihan tersebut, para pembudidaya ikan bisa mengurangi alokasi biaya pakan yang biasanya mencapai 60 hingga 70 persen. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya” terang Lilly.
Baca juga: Lindungi Bambu Laut dengan Teknologi Wahana Restorasi, Peneliti Kementerian KP Ini Raih Satyalancana
Kegiatan Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan bagi Pembudidaya Ikan juga mendapat apresiasi dari Anggota Komite II DPD Dapil Sumbar Emma Yohanna yang hadir melalui sambungan virtual.
Dia mengatakan, pelatihan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan para pelaku utama budidaya di tengah pandemi Covid-19.
Menurut dia, kemajuan teknologi memudahkan peserta pembudidaya ikan untuk memanfaatkan kesempatan guna meningkatkan kompetensi diri meski berada di situasi Covid-19.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada KKP atas kesempatan yang diberikan kepada pembudidaya ikan di Sumbar untuk mengikuti pelatihan. Saya berharap, kegiatan ini dapat menghasilkan kelompok pembudidaya ikan yang bisa mengembangkan berbagai usaha, seperti pembuatan pelet,” ucap Emma.
Di samping untuk kepentingan atau konsumsi diri sendiri, Emma menilai bahwa usaha pembuatan pelet juga akan menghasilkan sumber pendapatan yang bisa membantu perekonomian peserta.
Selain itu, melalui pelatihan tersebut, peserta juga dapat membagikan ilmunya kepada pelaku utama lain.
Baca juga: Lewat Teaching Factory, Kementerian KP Cetak Wirausaha Muda di Kampus Vokasi
Untuk diketahui, kegiatan tersebut juga direspons baik oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Solok Selatan Yalasri.
Dia berharap, upaya peningkatan budi daya ikan tidak berhenti pada pelatihan, tetapi juga dapat diimplementasikan secara berkelanjutan sehingga kebutuhan pakan ikan bisa terpenuhi.
“Melalui pelatihan tersebut, kami berharap, 70 persen kebutuhan pakan ikan di Kabupaten Solok tidak dipasok dari luar (wilayah) lagi,” tutur Yalasri.
Seperti diketahui, ketersediaan pakan ikan tidak hanya bermanfaat untuk kegiatan budi daya ikan air tawar, tetapi juga berkaitan erat dengan kegiatan memancing yang menjadi kegemaran masyarakat Indonesia.
Oleh sebab itu, KKP melalui BRSDM KP juga menggelar kegiatan “Pembuatan Umpan Ikan Tiruan” yang difasilitasi oleh BPPP Banyuwangi secara online. Adapun pelatihan tersebut diikuti oleh 636 peserta dari 33 provinsi di Indonesia.
Baca juga: Ciptakan SDM Terampil di Kelautan dan Perikanan, Kementerian KP Gelar Berbagai Pelatihan
Seiring dengan perkembangan teknologi memancing, para angler atau pemancing mulai menggunakan umpan buatan atau casting.
Casting merupakan proses memancing menggunakan umpan yang menyerupai mangsa ikan tersebut. Umpan ini berfungsi sebagai pemikat agar ikan mendatangi dan memakan mata kail.
Sementara itu, Kementerian KP juga tak henti meningkatkan produksi komoditas rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi.
Hal tersebut sejalan dengan komitmen Menteri Trenggono dalam menggenjot ekspor hasil perikanan, salah satunya rumput laut.
Sebelumnya, Menteri Trenggono menegaskan komitmen peningkatan kualitas dan kompetensi SDM yang berkapasitas, eksplorasi bahan mentah menjadi pengolahan, peningkatan nilai tambah dari sumber daya alam, dan inovasi teknologi sebagai alat bantu yang dapat memproduksi nilai tambah.
Baca juga: Cegah Penurunan Populasi Ikan Selar Bentong, Kementerian KP Lakukan Penelitian
Komitmen tersebut kemudian diwujudkan dalam kegiatan bertajuk “Pelatihan Pembuatan Cendol Dawet Rumput Laut” yang digelar Kamis (9/9/21) secara online.
Adapun pelatihan tersebut diikuti oleh 812 peserta dari 34 provinsi yang difasilitasi oleh BPPP Tegal. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah pada rumput laut agar bernilai jual lebih tinggi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BRSDM KKP Kusdiantoro mengatakan, rumput laut merupakan salah satu produk unggulan Indonesia. Pada 2020, nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai 279,58 juta dollar Amerika Serikat (AS) dengan volume ekspor sebesar 195.574 ton.
Nilai tersebut menempatkan Indonesia sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China.